Apa itu Credit Default Swap? Fungsi, Cara Kerja, dan Contohnya
Credit default swap adalah kontrak proteksi risiko gagal bayar. Pelajari fungsi, cara kerja, dan contoh CDS secara lengkap di sini.
Kalau kamu sering baca berita soal krisis keuangan global, istilah credit default swap mungkin pernah lewat di timeline-mu. Instrumen ini sempat jadi sorotan besar saat krisis finansial 2008. Tapi sebenarnya, credit default swap adalah sesuatu yang penting dipahami karena menggambarkan bagaimana risiko kredit bisa “dipindahkan” dari satu pihak ke pihak lain.
Baca juga: Value at Risk (VaR): Pengertian & Cara Menghitung
Apa Itu Credit Default Swap?
Secara sederhana, credit default swap adalah kontrak perlindungan terhadap risiko gagal bayar (default) dari sebuah utang, biasanya obligasi perusahaan atau negara. Kontrak ini membuat pembeli credit default swap atau CDS seperti membeli “asuransi” atas risiko kredit tersebut.
- Kalau penerbit obligasi gagal bayar, penjual CDS harus membayar kompensasi.
- Kalau tidak ada apa-apa, pembeli hanya membayar premi secara rutin.
Karena itu, CDS adalah salah satu instrumen manajemen risiko paling populer di pasar global, terutama di kalangan investor institusi.
Ilustrasi singkat:
Jika kamu pegang obligasi perusahaan minyak sebesar Rp5 miliar. Kamu khawatir kondisi ekonomi global bikin pendapatannya anjlok dan berisiko default. Maka kamu membeli CDS dari bank besar. Kamu bayar premi. Kalau perusahaan minyak itu gagal bayar, bank yang jual CDS harus ganti kerugianmu.
Itulah konsep dasar bagaimana credit default swap adalah alat untuk “memindahkan” risiko kredit ke pihak lain.

Kenapa Credit Default Swap Penting?
CDS itu bukan sekadar kontrak kompleks untuk pemain besar. Instrumen ini punya dampak sangat luas:
1. Mencerminkan Risiko Pasar Secara Real-Time
Banyak analis menganggap CDS sebagai “termometer risiko”. Ketika spread CDS suatu perusahaan naik, itu artinya pasar melihat risiko default meningkat.
Misalnya: Pada 2023, CDS beberapa perusahaan properti besar di China melonjak tajam akibat tekanan likuiditas. Ini memberi sinyal cepat bagi investor global bahwa sektor tersebut sedang menghadapi krisis.
2. Membantu Investor Mengelola Eksposur Risiko
Nggak semua investor mau menjual obligasi yang mereka pegang. CDS membantu mereka tetap memegang aset, tapi dengan perlindungan tambahan.
3. Mengurangi Dampak Kegagalan Pembayaran
Bagi lembaga keuangan, credit default swap adalah alat penting untuk mengurangi dampak keuangan jika ada debitur besar yang kolaps.
Baca juga: Memahami Pebedaan Utang dan Piutang
Bagaimana Cara Kerja Credit Default Swap?
Supaya makin jelas, kita lihat alurnya secara step-by-step.
1. Ada Aset Dasar (Obligasi atau Utang Lainnya)
CDS tidak berdiri sendiri. Selalu ada “aset referensi”, misalnya obligasi perusahaan, surat utang negara, atau pinjaman tertentu.
2. Dua Pihak Terikat Kontrak
- Pembeli CDS → ingin melindungi diri dari risiko default.
- Penjual CDS → menerima premi sebagai imbalan atas menanggung risiko tersebut.
3. Pembeli Bayar Premi Secara Berkala
Premi ini disebut CDS spread dan dihitung dalam basis poin (bps). Misal, spread 200 bps = 2% dari nilai kontrak per tahun.
4. Jika Terjadi Default
Penjual CDS wajib membayar jumlah ganti rugi sesuai kontrak. Bentuknya bisa:
- pembayaran tunai
- penukaran obligasi bernilai rusak dengan nilai normal
5. Jika Tidak Terjadi Default
Penjual CDS menyimpan premi, pembeli memperoleh ketenangan. Karena mekanisme ini, credit default swap adalah instrumen yang sangat cair serta menarik bagi banyak investor global, baik untuk proteksi maupun spekulasi.

Fungsi Credit Default Swap dalam Pasar Keuangan
1. Lindung Nilai Risiko (Hedging)
Ini fungsi paling klasik. Investor yang memegang obligasi bisa mengurangi potensi kerugian kalau risiko gagal bayar meningkat.
Contohnya: Saat pandemi 2020, banyak perusahaan di sektor penerbangan dianggap berisiko tinggi. Investor yang memegang obligasi maskapai biasanya menggunakan CDS sebagai proteksi.
2. Spekulasi
Meskipun kontroversial, banyak investor menggunakan CDS sebagai alat spekulasi. Jika mereka memprediksi perusahaan tertentu akan berada dalam tekanan ekonomi, mereka bisa membeli CDS lalu menjualnya saat harga naik.
Ini mirip seperti membeli saham bukan karena ingin memilikinya, tetapi karena ingin mendapat keuntungan dari perubahan harga.
3. Price Discovery (Indikator Risiko)
CDS seringkali lebih cepat merespon kondisi pasar dibanding peringkat kredit (credit rating).
Kalau CDS spread naik, itu sinyal:
- pendapatan menurun
- arus kas melemah
- risiko gagal bayar meningkat
Karena itu, analis sering menyebut bahwa credit default swap adalah cermin yang menunjukkan persepsi risiko pasar secara langsung.
Baca juga: Mengenal Hedging, Strategi Lindung Nilai dalam Dunia Keuangan
Contoh Credit Default Swap dalam Dunia Nyata
1. Krisis 2008 – AIG dan CDS
Salah satu kasus paling terkenal terkait CDS melibatkan AIG. AIG menjual CDS dalam jumlah sangat besar tanpa cukup modal cadangan. Ketika banyak obligasi mortgage gagal bayar, AIG tidak mampu memenuhi kewajiban dan harus diselamatkan pemerintah AS.
Kasus ini menunjukkan bahwa CDS juga bisa membawa risiko sistemik.
2. Sovereign CDS (CDS Negara)
Negara juga punya CDS. Misalnya, Indonesia Sovereign CDS digunakan investor asing untuk mengukur risiko saat membeli SUN (Surat Utang Negara).
Contoh realistis: Saat terjadi ketegangan geopolitik atau perlambatan ekonomi, CDS suatu negara naik karena pasar melihat risiko pembayaran utangnya meningkat.

Kelebihan dan Kekurangan Credit Default Swap
Kelebihan
✔ Memberi perlindungan risiko kredit
✔ Meningkatkan kepercayaan investor
✔ Membantu menciptakan pasar lebih efisien
✔ Menjadi indikator risiko yang cepat
Kekurangan
✘ Bisa digunakan untuk spekulasi berlebihan
✘ Berpotensi memicu risiko sistemik (contoh: AIG 2008)
✘ Tidak transparan bagi investor ritel
✘ Model risiko CDS bisa sangat kompleks
Karena itu, meski credit default swap adalah instrumen penting dalam manajemen risiko, penggunaannya mayoritas terbatas pada lembaga keuangan besar, bukan individu.
Baca juga: Galbay (Gagal Bayar) Pinjol? Ini Risiko Hukumnya
Apakah Credit Default Swap Ada di Indonesia?
Ya, tapi penggunaannya lebih dominan pada level institusi dan investor asing. Yang paling banyak diperhatikan adalah Indonesia Sovereign CDS, yang biasanya diberitakan ketika:
- rupiah melemah
- suku bunga global naik
- ekonomi global melambat
CDS negara sering dijadikan rujukan oleh investor global untuk menilai stabilitas Indonesia.

Pelajaran dari CDS untuk Keuangan Pribadi
Meski kamu sebagai individu tidak membeli CDS, prinsip di baliknya sangat relevan:
1. Selalu punya proteksi
Sama seperti investor mengurangi risiko dengan CDS, kamu bisa mengurangi risiko finansial dengan:
- asuransi
- dana darurat
- catatan kredit yang baik
2. Risiko harus dihitung
Semahal apa pun asetnya, kalau risikonya tinggi, kamu perlu strategi proteksi.
3. Reputasi kredit menentukan biaya utangmu
Di dunia CDS, risiko tinggi = premi mahal. Dalam hidup pribadi pun sama: riwayat kredit buruk = bunga pinjaman bisa lebih mahal. Nah, ini area yang bisa kamu kontrol.
Mau Lebih Pede Ajukan Kredit? Mulai dari Cek Riwayat Kredit
Kalau perusahaan dinilai lewat CDS, kamu dinilai lewat riwayat kredit serta kualitas keuanganmu. Sebelum ajukan KPR, kredit kendaraan, atau pinjaman lain, pastikan kamu sudah siap.
Dengan aplikasi Skorlife, kamu bisa:
✔ Cek Riwayat Kredit
Lihat histori kreditmu secara lengkap serta transparan. Biar kamu tahu posisi kamu sebelum apply.
✔ Lihat Peluang Pengajuan Kredit Disetujui
Skorlife bantu kamu lihat kemungkinan pengajuan kreditmu diterima atau tidak—supaya kamu apply di waktu yang tepat.
✔ Kelola Keuangan Lebih Baik
Dapat rekomendasi pembayaran tunggakan, budgeting, dan saran praktis untuk memperbaiki kondisi keuangan.
Mirip seperti bagaimana credit default swap adalah alat proteksi bagi investor, Skorlife bisa jadi alat proteksi untuk masa depan finansialmu.
Baca juga: Tips & Cara Menggunakan Kartu Kredit secara Bijak
Kesimpulan
Sekarang kamu sudah paham bahwa credit default swap adalah instrumen penting yang digunakan untuk mengelola risiko gagal bayar dalam dunia keuangan global. Mulai dari fungsi, cara kerja, hingga contohnya, CDS punya peran besar dalam menjaga stabilitas pasar.
Meski instrumen ini dipakai pemain besar, prinsipnya relevan buat kita: risiko harus dihitung, reputasi kredit harus dijaga.
Dan kalau kamu mau melangkah lebih percaya diri dalam urusan kredit, yuk mulai dari hal paling mendasar, cek kualitas kreditmu di Skorlife dan pastikan keputusanmu selalu didukung data.
FAQ seputar Credit Default Swap
- Credit default swap adalah apa secara sederhana?
Credit default swap adalah kontrak keuangan yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap risiko gagal bayar sebuah utang, biasanya obligasi perusahaan atau negara. Konsepnya mirip asuransi: kamu bayar premi, dan jika terjadi default, kamu menerima kompensasi.
- Apa fungsi utama credit default swap?
Fungsi utama CDS adalah untuk melindungi investor dari potensi kerugian akibat gagal bayar. Selain itu, CDS juga dipakai untuk spekulasi, menilai risiko pasar, serta memanfaatkan pergerakan risiko kredit sebuah perusahaan atau negara.
- Siapa yang biasanya menggunakan credit default swap?
CDS banyak digunakan oleh lembaga keuangan besar seperti bank, manajer investasi, perusahaan asuransi, dan hedge fund. Investor ritel jarang menggunakannya karena sifatnya kompleks dan membutuhkan modal besar.
- Apa risiko dari penggunaan credit default swap?
Risikonya antara lain: spekulasi berlebihan, potensi risiko sistemik (seperti yang terjadi pada AIG saat krisis 2008), kurangnya transparansi, dan kemungkinan penjual CDS tidak mampu membayar saat default benar-benar terjadi.
- Apakah credit default swap ada di Indonesia?
Ya. Indonesia memiliki sovereign CDS yang digunakan investor global untuk mengukur risiko surat utang negara. Namun, penggunaan CDS di tingkat individu hampir tidak ada karena instrumen ini lebih ditujukan untuk institusi besar.





