Mengenal Sandwich Generation: Pengertian, Ciri-ciri, Penyebab, dan Dampaknya
Istilah sandwich generation sempat terkenal. Yuk, cari tahu mengenai hal ini secara lengkap mulai dari pengertian, ciri-ciri, hingga dampak.
Pada umumnya, yang disebut sebagai sandwich generation adalah mereka yang merupakan tulang punggung keluarga untuk mengurus 1, 2, atau bahkan lebih banyak generasi di atasnya dan/atau di bawahnya.
Bagi yang telah menikah dan memiliki keluarga sendiri, artinya adalah ia menanggung beban dari kakek-nenek dan orangtuanya, bersamaan dengan anak-anaknya atau bahkan cucu-cucunya
Hal inilah yang disebut dengan fenomena sandwich generation. Untuk lebih lengkapnya, mari kita bahas sebenarnya apa itu sandwich generation.
Blog SkorLife telah merangkum dari berbagai sumber.
Pengertian Generasi Sandwich
Mulai populer di abad 20, istilah sandwich generation atau generasi sandwich diperkenalkan pertama kali oleh Dorothy A. Miller.
Miller merupakan seorang profesor sekaligus direktur praktikum dari Universitas Kentucky, Amerika Serikat.
Pada tahun 1981, ia memperkenalkan istilah sandwich generation lewat jurnal yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging”.
Dalam jurnal tersebut, ia mencantumkan sebuah pratinjau bahwa generasi sandwich adalah mereka yang ‘terjebak’ atau ‘terjepit’ dalam kondisi orangtua yang menua pada waktu yang sama dengan usia anak yang beranjak dewasa.
Kondisi ini kemudian menimbulkan tanggung jawab terhadap generasi atas dan juga generasi bawah pada waktu yang bersamaan.
Hal ini terjadi karena orangtua dan juga anak memiliki kebutuhan yang sama, dalam hal keuangan, waktu, perhatian, dan lainnya.
Lalu, apa ciri-ciri dari generasi sandwich ini? Yuk, cari tahu lebih lanjut.
Ciri-Ciri Generasi Sandwich
Terdapat beberapa ciri berbeda dari generasi sandwich ini. Tergantung pada rentang usia dan juga generasi yang menjadi tanggungan. Secara lengkap keterangannya ada pada poin di bawah.
1. Traditional Sandwich Generation
Generasi tradisional sandwich berisikan orang dewasa dengan rentang usia 40-50 tahun. Generasi ini biasanya menanggung generasi orangtua mereka dan juga anak-anak mereka.
Hal ini dikarenakan orangtua sudah tidak lagi dalam usia produktif dan anak-anak belum memasuki usia mandiri.
2. Club Sandwich Generation
Dewasa berusia 30-60 kerap tergolong ke dalam kategori ini. Pada rentang ini, tanggungan terhadap generasi atas biasanya adalah untuk orangtua dan kakek-nenek.
Kemudian jika usia generasi ini sudah bertambah, maka tanggungan terhadap generasi bawah adalah terhadap anak dan juga cucu.
3. Open-Faced Sandwich Generation
Generasi ini tidak dikategorikan oleh usia, namun lebih terhadap tanggungannya.
Setiap orang yang memiliki tanggung jawab terhadap lansia, terlepas dari relasi, maka masuk ke dalam kategori ini.
Hal ini berlaku bagi baik yang telah menikah ataupun belum menikah.
Penyebab Generasi Sandwich
Tanggung jawab generasi sandwich tidak terbatas selalu mengenai finansial. Terkadang bentuknya berupa waktu dan perhatian pun menjadi hal yang dapat membebani generasi ini.
Walaupun demikian. generasi sandwich ini terjadi dan muncul kerap karena kondisi finansial.
Buruknya generasi sebelumnya dalam mengatur keuangan bisa menjadi salah satu penyebab munculnya generasi sandwich.
Penyebab lain yaitu bisa jadi generasi sebelumnya juga merupakan generasi sandwich, sehingga sulit untuk terlepas dari siklus ini.
Berikut adalah beberapa penyebab munculnya generasi sandwich dan penjelasannya
1. Kurangnya Kemampuan Finansial
Salah satu penyebab kemunculan generasi ini adalah disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengelola keuangan.
Perlu diingat, fenomena seperti generasi sandwich-lah yang seharusnya menjadi pengingat dan motivasi agar kamu mandiri dan bijak dalam mengatur keuangan.
Bukan hanya sekedar mandiri dan bijak ketika kamu masih berusia produktif alias masih bisa mencari penghasilan.
Justru sebaliknya, mandiri dan bijak dalam mengatur keuangan agar pada hari tua, kamu tetap dapat menopang kehidupan sendiri.
Hal ini juga mencakup kamu bisa mandiri hingga tua mandiri dan tanpa perlu mengandalkan orang lain.
2. Membeli Barang yang Tidak Penting
Manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang diinginkannya, termasuk dalam membeli barang atau jasa.
Apalagi jika keinginan tersebut telah lama ditahan karena kurangnya kemampuan. Dengan harapan, suatu saat, kamu dapat memiliki apa yang kita inginkan.
Semua keinginan ini pun cenderung dipenuhi ketika kamu sudah merasa mampu dan memiliki cukup uang.
Namun, terkadang batasan antara kebutuhan dan keinginan menjadi kabur. Hal inilah yang menjadi akar impulsivitas dan menjadi bahaya bagi kondisi finansial.
3. Orang yang Dulunya Merupakan Generasi Sandwich
Penyebab lain yang merupakan salah satu akar siklus generasi sandwich adalah apabila generasi di atas kita juga merupakan generasi yang sama.
Hal ini tidak dapat mereka atasi dan hindari ketika berada di masa usia produktif.
Namun, bisa jadi karena tanggungan yang terlalu besar, mereka tidak dapat secara leluasa mengatur keuangan mereka untuk di masa tua.
Ketidakmampuan ini yang menjadikan generasi sandwich menurun ke generasi selanjutnya.
Cara Meminimalisasi Terjadinya Generasi Sandwich
Bukan tidak mungkin generasi sandwich ini bisa dihindari, atau setidaknya, diminimalisasi secara perlahan agar tidak menjadi siklus.
Kamu tidak memiliki kemampuan melihat kondisi ekonomi di masa depan. Artinya, kamu tidak tahu secara pasti beban apa yang akan menjadi potensi beban bagi generasi selanjutnya.
Oleh karena itu, penting bagi generasi sandwich saat ini untuk berjuang lebih keras dalam hal-hal di bawah ini agar beban generasi selanjutnya dapat menjadi lebih ringan.
1. Mencatat Pengeluaran dan Pemasukan
Langkah sesederhana mencatat pengeluaran dan pemasukan dapat membantu kamu meringankan beban generasi sandwich.
Apabila dilakukan dengan detail dan rapi, maka dapat terlihat kondisi keuangan.
Apakah kondisi keuangan tergolong sehat atau tidak. Apabila terlihat pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, artinya keuangan kamu sehat. Hal ini berlaku sebaliknya.
2. Mengelola Keuangan dengan Bijak
Bijak dalam artian berhati-hati dalam mengambil keputusan secara finansial. Prioritaskan kebutuhan di atas keinginan.
Berfokus kepada fungsi suatu barang atau jasa dibandingkan dengan gengsi atau rasa bangga yang didapat.
Hal ini tentunya tidak otomatis dapat dilakukan dengan mudah, tetapi dapat semakin terasah apabila dijadikan suatu kebiasaan.
3. Memiliki Penghasilan yang Cukup dan Tidak Dari Satu Sumber Penghasilan Saja
Manfaatkan setiap waktu, terutama di masa usia produktif. Giat dalam bekerja dan dalam melihat peluang.
Carilah pekerjaan sampingan yang bisa menghasilkan uang lebih.
Mendapatkan uang lebih banyak artinya kamu dapat menabung lebih banyak. Untuk tips dan trik mendapatkan penghasilan tambahan, banyak hal yang bisa dilakukan.
4. Komunikasikan Bersama Kerabat
Satu hal yang perlu diingat, bahwa kamu tidak perlu menanggung beban generasi atas dan juga bawah sendirian, terutama jika memiliki kerabat.
Komunikasikanlah dengan baik perihal ini dan pelan-pelan belajar untuk bekerja sama menanggung beban bersama. Tentunya menyesuaikan dengan keadaan masing-masing pihak.
5. Berinvestasi dalam Jumlah Kecil
Jangan salah loh, investasi itu tidak identik dengan jumlah besar. Kamu bisa membeli emas digital atau emas mulai dari Rp100 ribu.
Sejumlah investasi juga memerlukan uang yang terbilang masih terjangkau seperti Sukuk Ritel. Kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp100 ribu.
Selain itu, Sukuk Tabungan juga bisa didapatkan dengan jumlah yang sama. Kamu bisa mencari investasi lainnya.
Dampak Generasi Sandwich
Tentu saja generasi sandwich memiliki dampak negatif. Baik mental maupun fisik dapat terkena imbasnya. Apapun dampak yang dapat terasa adalah sebagai berikut.
1. Tingkat Stres yang Lebih Tinggi
Seperti yang Miller katakan bahwa generasi sandwich sangat rentan terkena stres.
Pikiran terus menerus tentang bagaimana memenuhi kebutuhan diri sendiri dan juga semua pihak tentunya perlahan akan mengerogoti mental dan fisik seseorang.
Hal ini yang menjadi akar dari stres tingkat tinggi.
2. Burnout Atau Kelelahan Fisik dan Juga Mental Pada Diri Sendiri
Segala sesuatu yang menerpa pikiran, pasti juga akan memberikan dampak pada fisik. Cepat atau lambat, burnout akan dirasakan oleh generasi sandwich.
Lelah fisik dan juga lelah pikiran pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
3. Perasaan Bersalah Atau Merasa Tidak Puas
Dari sisi mental, perasaan bersalah atau merasa tidak puas dalam membantu setiap generasi kerap dirasakan oleh generasi sandwich.
Hal ini bisa disebabkan oleh diri sendiri atau faktor internal.
Namun, kerap juga hal ini muncul karena adanya omongan dari pihak lain atau faktor eksternal.
4. Mudah Merasa Khawatir
Khawatir berlebihan atau anxiety akan timbul apabila generasi sandwich merasa tidak dapat mencukupi kebutuhan yang menjadi tanggungannya.
Kecemasan seperti darimana mendapatkan sumber penghasilan tambahan, bagaimana caranya menekan pengeluaran, dan lainnya.
Dampak inilah yang dapat dirasakan oleh generasi sandwich dari waktu ke waktu.
Terdapat paling tidak dua hal yang bisa dilakukan untuk menekan dampak negatif dari fenomena ini.
Hal tersebut adalah menyadari kondisi sebagai generasi sandwich dan kemudian menerima kondisi ini apa adanya.
Dengan menyadari dan menerima kondisi, paling tidak kamu bisa secara objektif menganalisa kemampuan dan juga menyesuaikan kebutuhan sesuai dengan pemasukan.
Di sisi lain, kamu juga berusaha untuk memahami penyebab dan kemudian mencari solusinya.
Perlahan tapi pasti, kamu bisa terlepas dari generasi sandwich untuk menjadi orang dewasa yang mandiri dan bijak finansial.
Tidak ingin ketinggalan, update terbaru mengenai dunia investasi, keuangan, bisnis, dan lainnya, baca terus blog SkorLife.
Berencana membeli rumah second dengan pembiayaan ke bank, cek skor kredit terlebih dahulu melalui aplikasi SkorLife yang diunduh via smartphone.
Jika ingin ingin menggunakan kartu kredit dengan segala kemudahannya, pastikan kamu telah memiliki Mayapada Skorcard.