Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, dan Berbagai Jenisnya

Pelajari pengertian, fungsi, dan jenis rasio keuangan. Panduan praktis untuk cek kesehatan finansial pribadi maupun bisnis.

Mengatur keuangan itu ibarat mengendarai mobil di jalan panjang: kalau nggak lihat dashboard, kita bisa keliru ambil keputusan. Nah, rasio keuangan adalah “dashboard” finansial yang bisa kasih gambaran cepat apakah kondisi keuanganmu sehat, berisiko, atau perlu disesuaikan.

Buat individu, rasio keuangan bisa bantu jawab pertanyaan sederhana tapi penting:

  • Apakah gajimu cukup untuk menutup biaya hidup 3–6 bulan ke depan?
  • Apakah cicilan yang kamu ambil masih aman, atau justru mulai memberatkan?
  • Apakah tabungan dan investasimu bertumbuh dari tahun ke tahun?

Sementara untuk bisnis, rasio keuangan adalah salah satu indikator utama yang dipakai investor, bank, maupun mitra usaha untuk menilai kinerja dan potensi perusahaan. Jadi, baik pribadi maupun perusahaan, paham rasio keuangan = paham kondisi finansial secara lebih objektif.

Baca juga: DBR: Cara Menghitung Rasio Utang dan Pentingnya dalam Pengajuan Kredit

Apa Itu Rasio Keuangan?

Secara sederhana, rasio keuangan adalah perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan (seperti aset, utang, pendapatan, hingga laba). Tapi bukan sekadar angka kering, hasil perbandingan ini bisa “bercerita” tentang kesehatan finansialmu.

Contoh: kalau utangmu lebih besar dari pemasukan, jelas kamu sedang berada di jalur berisiko. Atau kalau laba perusahaan naik tapi margin keuntungannya menurun, artinya ada efisiensi yang perlu diperbaiki.

Fun fact: Menurut OJK (2023), sekitar 60% masyarakat Indonesia belum punya dana darurat memadai. Padahal, dana darurat termasuk indikator utama dalam rasio likuiditas pribadi.

Rasio Keuangan
Sumber gambar: Freepik

Fungsi Rasio Keuangan

Rasio keuangan bukan sekadar angka di atas kertas, tapi panduan praktis yang bisa langsung kamu rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya:

1. Mengukur Kesehatan Finansial

Rasio ini membantu melihat apakah pengeluaranmu masih sesuai kemampuan atau sudah “kebobolan”. Misalnya, kalau rasio tabunganmu di bawah 10% dari gaji, artinya kamu perlu mulai alokasikan lebih banyak untuk simpanan.

2. Membantu Ambil Keputusan

Ketika ingin mengajukan KPR, kartu kredit baru, atau kredit kendaraan, rasio keuangan jadi pegangan penting. Dengan Debt to Income Ratio, kamu bisa menilai apakah cicilan tambahan masih aman atau justru bisa bikin keuangan berat di kemudian hari.

3. Deteksi Risiko Lebih Awal

Tren rasio yang menurun bisa jadi sinyal bahaya. Contohnya, kalau proporsi cicilan naik dari 25% jadi 40% dalam setahun, itu pertanda cash flow mulai nggak sehat dan harus segera diatur ulang.

4. Membandingkan dengan Standar

Sama seperti cek tensi darah di dokter, rasio keuangan punya “angka ideal” yang bisa jadi acuan. Misalnya, rasio dana darurat sebaiknya minimal 3 kali pengeluaran bulanan. Dengan membandingkan, kamu bisa tahu apakah keuanganmu sudah sehat atau masih perlu perbaikan.

Cara Mengatur Dana Darurat
Sumber gambar: Freepik

Jenis-Jenis Rasio Keuangan yang Perlu Kamu Tahu

Ada beberapa jenis rasio keuangan yang bisa dipakai untuk menilai kondisi finansial, baik pribadi maupun bisnis. Masing-masing punya fokus dan manfaat tersendiri:

1. Rasio Likuiditas

Tujuannya: mengukur kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.

  • Individu: Idealnya kamu punya dana darurat setara 3–6 bulan biaya hidup. Misalnya, kalau pengeluaran bulanan Rp5 juta, minimal tabungan darurat Rp15–30 juta.
  • Bisnis: Current Ratio = Aset Lancar ÷ Utang Lancar. Angka >1 artinya aset lancar cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek. Jika <1, artinya perusahaan rawan kesulitan bayar utang jatuh tempo.

2. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Mengukur kemampuan jangka panjang melunasi kewajiban.

  • Individu: Rasio cicilan (Debt to Income Ratio) sebaiknya maksimal 30–40% dari penghasilan bulanan. Kalau gaji Rp10 juta, cicilan idealnya nggak lebih dari Rp3–4 juta. Lebih dari itu bisa bikin cash flow “sesak napas”.
  • Bisnis: Debt to Equity Ratio (DER). Rasio yang terlalu tinggi bikin investor atau bank ragu karena dianggap terlalu bergantung pada utang.

3. Rasio Profitabilitas

Mengukur seberapa efisien menghasilkan keuntungan.

  • Individu: Bisa dilihat dari berapa persen gaji yang bisa kamu tabung atau investasikan setiap bulan. Kalau hanya 5%, artinya profitabilitas pribadi masih rendah. Targetkan minimal 20% agar keuanganmu lebih sehat.
  • Bisnis: Net Profit Margin. Misalnya, margin 10% artinya dari setiap Rp100 penjualan, ada Rp10 yang jadi laba bersih.

Baca juga: Pengertian Liabilities dan Jenis-Jenis Kewajiban dalam Keuangan

4. Rasio Aktivitas (Efisiensi)

Menunjukkan seberapa cepat aset berputar menghasilkan pendapatan.

  • Individu: Apakah cicilan kartu kredit cepat dilunasi atau malah berlarut-larut sehingga bunga menumpuk. Semakin cepat lunas, semakin efisien.
  • Bisnis: Inventory Turnover. Kalau perputaran barang terlalu lambat, modal terjebak di stok. Tapi kalau terlalu cepat, bisa jadi tanda stok kurang.

5. Rasio Pertumbuhan

Mengukur perkembangan keuangan dari waktu ke waktu.

  • Individu: Apakah saldo tabungan, investasi, atau aset lain meningkat setiap tahun. Kalau stagnan, mungkin ada kebiasaan keuangan yang perlu diperbaiki.
  • Bisnis: Pertumbuhan revenue tahunan. Konsisten naik tiap tahun menunjukkan bisnis sehat, sedangkan stagnan atau turun bisa jadi sinyal peringatan.
Cara Mudah Mendapatkan Pinjaman Modal untuk UMKM
Sumber gambar; Freepik

Cara Praktis Menggunakan Rasio Keuangan

Rasio keuangan sebaiknya tidak dilihat sekali lalu dilupakan, tapi dijadikan “alarm keuangan” yang rutin dipantau. Idealnya, lakukan evaluasi setiap 3 bulan atau minimal setahun sekali. Dengan begitu, kamu bisa langsung melihat tren: apakah kondisi makin sehat, stagnan, atau justru memburuk.

Hasil evaluasi ini bisa kamu gunakan untuk menilai:

  • Apakah strategi budgeting sudah tepat. Misalnya, apakah pos kebutuhan pokok, hiburan, dan tabungan sudah seimbang sesuai 50-30-20 rule.
  • Apakah perlu tambah tabungan atau investasi. Kalau rasio tabungan masih rendah, berarti perlu alokasi lebih besar.
  • Apakah ada cicilan yang harus segera dilunasi. Rasio utang yang makin besar adalah sinyal bahaya yang nggak boleh diabaikan.

Nah, kalau kamu punya lebih dari satu kartu kredit, memantau rasio keuangan bisa jadi ribet. Di sinilah SkorPintar dari Skorlife bisa jadi solusi praktis. Fitur ini membantu kamu:

  • Kelola semua kartu kredit dalam satu portal, tanpa repot cek satu per satu.
  • Cek riwayat kredit dan pola penggunaan untuk tahu apakah penggunaan kartumu sudah sehat.
  • Dapat analisa otomatis kapan harus bayar agar terhindar dari tunggakan dan bunga menumpuk.
  • Mengetahui peluang pengajuan kredit lebih realistis, sehingga kamu lebih percaya diri saat mau apply KPR atau kredit kendaraan.

Dengan dukungan teknologi seperti ini, kamu nggak hanya melihat angka rasio keuangan, tapi juga dapat rekomendasi nyata untuk mengatur cash flow dan rencana finansial lebih sehat.

Baca juga: Apa Itu Ekuitas? Ini Arti, Komponen, dan Fungsinya dalam Bisnis

Kesimpulan

Rasio keuangan adalah “kompas” yang membantumu menavigasi perjalanan finansial, baik untuk kebutuhan pribadi maupun bisnis. Dengan memantau rasio ini secara rutin, kamu bisa mengetahui posisi keuangan saat ini, mendeteksi risiko lebih cepat, sekaligus menyusun strategi yang lebih tepat untuk tabungan, investasi, atau pinjaman.

Mengatur keuangan memang butuh disiplin, tapi bukan berarti rumit. Justru dengan memahami dasar seperti rasio likuiditas, solvabilitas, hingga profitabilitas, kamu bisa membuat keputusan finansial yang lebih percaya diri. Ditambah lagi, dengan dukungan alat digital seperti Skorlife, kamu bisa lebih mudah memantau kartu kredit, riwayat kredit, hingga peluang pengajuan pinjaman.

Artinya, perjalanan finansialmu bukan hanya lebih terarah, tapi juga lebih ringan, minim risiko, dan tentunya memberi rasa aman untuk masa depan.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments