Apa Itu Buyback Saham, Fungsi & Alasan Buyback?

Buyback artinya apa? Simak pengertian, fungsi, alasan, dampak buyback saham bagi investor dan contoh kasus buyback saham di Indonesia.

Kalau kamu suka baca berita pasar modal, mungkin sering lihat headline seperti: “Perusahaan X umumkan buyback saham senilai Rp5 triliun”. Tapi, pernah kepikiran nggak sih, buyback artinya apa? Apakah sekadar strategi perusahaan besar, atau ada pengaruhnya buat investor seperti kita?

Nah, biar nggak bingung, yuk kita bahas tuntas tentang buyback saham, mulai dari definisi, fungsi, alasan, sampai dampaknya bagi investor.

Baca juga: Mengenal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG): Pengertian, Cara Kerja, dan Fungsinya

Buyback Artinya Apa?

Secara sederhana, buyback artinya aksi perusahaan membeli kembali sahamnya yang sudah beredar di publik. Bayangkan gini: ketika perusahaan pertama kali go public, mereka melepas sebagian sahamnya ke bursa. Nah, lewat buyback, sebagian saham itu ditarik lagi oleh perusahaan untuk disimpan di kas mereka (disebut treasury stock).

Kalau dianalogikan, ini mirip seperti seseorang yang dulu menjual barangnya, lalu memutuskan membeli kembali barang tersebut karena dirasa masih berharga.

Di dunia keuangan, buyback bukan cuma soal “pamer kekuatan finansial”, tapi juga strategi bisnis yang punya dampak besar.

Mengenal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Fungsi Buyback Saham

Supaya lebih mudah dipahami, mari kita uraikan fungsi buyback saham dengan bahasa sehari-hari:

1. Meningkatkan Harga Saham

Ketika jumlah saham beredar berkurang, hukum sederhana permintaan-penawaran berlaku. Dengan saham lebih sedikit di pasar, harga berpotensi naik. Investor pun biasanya melihat ini sebagai sinyal positif.

2. Meningkatkan Earning per Share (EPS)

EPS dihitung dari laba bersih dibagi jumlah saham beredar. Dengan buyback, jumlah saham menyusut, jadi EPS bisa terlihat lebih tinggi walaupun laba perusahaan tidak berubah. Investor suka indikator ini karena dianggap mencerminkan profitabilitas.

3, Membangun Kepercayaan Pasar

Buyback artinya manajemen percaya diri dengan prospek bisnis mereka. Mereka mengirim sinyal: “Kami yakin saham ini undervalue, dan kami berani beli dengan uang perusahaan sendiri.”

4. Pemanfaatan Dana Lebih Efisien

Banyak perusahaan besar punya cadangan kas melimpah. Daripada mengendap tanpa arah atau hanya disimpan di deposito, dana itu bisa dialokasikan untuk buyback demi memberikan nilai tambah ke pemegang saham.

Apa Itu Buyback Saham
Sumber gambar: Freepik

Alasan Perusahaan Melakukan Buyback

Alasan buyback bisa berbeda-beda, tapi beberapa yang paling umum adalah:

  • Saham Dianggap Undervalue
    Perusahaan menilai harga saham di bursa terlalu rendah dibanding nilai fundamental. Jadi, buyback dilakukan untuk “mengoreksi” undervaluasi tersebut.
  • Strategi Pertahanan
    Dengan jumlah saham publik lebih sedikit, potensi pengambilalihan (hostile takeover) oleh pihak luar jadi lebih sulit.
  • Mengatur Struktur Modal
    Buyback bisa mengubah rasio utang terhadap ekuitas (DER). Misalnya, jika perusahaan merasa terlalu banyak ekuitas, buyback membantu menyeimbangkan struktur modal.
  • Alternatif Pengembalian Nilai
    Selain dividen, buyback jadi cara lain perusahaan mengembalikan keuntungan ke investor. Bedanya, buyback cenderung lebih fleksibel dan tidak menambah kewajiban jangka panjang.

Baca juga: Mengenal Investasi Saham Syariah: Kriteria, Keuntungan, dan Tipsnya

Dampak Buyback Saham bagi Investor

Buat investor ritel, penting tahu bahwa buyback punya dua sisi mata uang. Jadi, jangan hanya melihat kabar buyback sebagai hal positif tanpa menimbang risikonya.

Dampak Positif:

  • Harga Saham Bisa Naik
    Dengan jumlah saham beredar berkurang, mekanisme supply-demand berlaku. Kalau permintaan tetap tinggi, harga saham berpotensi naik. Banyak investor jangka pendek biasanya memburu momentum ini.
  • EPS Terlihat Lebih Baik
    Karena laba dibagi ke saham yang lebih sedikit, EPS meningkat. Hal ini membuat valuasi saham tampak lebih menarik bagi analis maupun calon investor baru.
  • Sinyal Optimisme Manajemen
    Buyback artinya manajemen percaya dengan masa depan bisnis. Ini bisa meningkatkan kepercayaan pasar, terutama saat kondisi ekonomi lagi kurang stabil.

Dampak Negatif:

  • Tidak Selalu Tanda Perusahaan Sehat
    Ada perusahaan yang melakukan buyback hanya untuk mempercantik laporan keuangan, bukan karena benar-benar punya fundamental kuat.
  • Risiko Likuiditas Menipis
    Kalau kas perusahaan terkuras untuk buyback, kemampuan bayar utang, gaji karyawan, atau bahkan ekspansi bisnis bisa terganggu. Ini tanda bahaya bagi investor jangka panjang.
  • Tidak Menjamin Pertumbuhan Harga Saham
    Harga saham bisa naik dalam jangka pendek, tapi kalau kinerja bisnis stagnan, kenaikan itu biasanya tidak bertahan lama. Jadi buyback bukan “jaminan untung” bagi investor.

👉 Intinya, buyback bisa jadi peluang emas kalau dilakukan perusahaan dengan fundamental solid. Tapi buat investor, penting tetap analisa laporan keuangan dan strategi jangka panjangnya, bukan hanya ikut euforia pasar.

Baca juga: Aplikasi Investasi Saham yang Diawasi OJK, Pilihan Terbaik untuk Investor Pemula

Contoh Buyback Saham di Indonesia

Biar nggak cuma teori, yuk kita lihat beberapa contoh nyata buyback saham yang pernah dilakukan perusahaan besar di Indonesia.

1. Buyback Saham BRI (BBRI)

Pada 2020, BRI mengumumkan buyback hingga Rp3 triliun di tengah gejolak pandemi COVID-19. Langkah ini diambil buat jaga stabilitas harga saham dan kasih sinyal ke investor bahwa fundamental BRI tetap kokoh meskipun pasar lagi goyah.

2. Buyback Saham Unilever Indonesia (UNVR)

Di tahun 2021, UNVR juga melakukan buyback sekitar Rp1,5 triliun. Tujuannya untuk menjaga kepercayaan investor dan memperlihatkan komitmen manajemen terhadap pemegang saham. Tapi kenyataannya, harga sahamnya nggak langsung naik signifikan. Dari sini bisa kelihatan, buyback bukan berarti harga pasti terbang.

3. Buyback Saham Astra International (ASII)

Pada 2022, Astra International mengumumkan program buyback hingga Rp2 triliun. Waktu itu, pasar saham Indonesia masih dihantui ketidakpastian global. Dengan buyback, Astra ingin menunjukkan bahwa mereka punya likuiditas kuat sekaligus menjaga sentimen positif investor terhadap sahamnya.

Kalau dilihat dari tren, data BEI menunjukkan buyback biasanya gencar dilakukan ketika pasar melemah atau harga saham dianggap undervalue. Jadi, buat investor, penting untuk melihat konteksnya: apakah buyback dilakukan sebagai strategi jangka panjang, atau hanya untuk jaga “penampilan” sementara.

Apa Itu Buyback Saham
Sumber gambar: Freepik

Tips Buat Investor Saat Ada Buyback

Kalau kamu dengar kabar buyback, jangan langsung ikut-ikutan. Coba lakukan langkah berikut:

  1. Analisis Tujuan Buyback
    Apakah buyback karena fundamental kuat, atau sekadar strategi kosmetik? Cek laporan keuangannya.
  2. Perhatikan Posisi Kas Perusahaan
    Kalau kas mereka menipis setelah buyback, bisa jadi malah berisiko ke depannya.
  3. Lihat Rekam Jejak Manajemen
    Apakah manajemen punya track record konsisten dalam mengelola keuangan dan menjaga kepentingan investor?
  4. Jangan Lupakan Diversifikasi
    Buyback memang bisa jadi peluang, tapi jangan menaruh semua dana di satu saham hanya karena ada program ini.

Buyback Saham & Kesehatan Finansial Pribadi

Menariknya, buyback di level perusahaan punya paralel dengan keuangan pribadi. Sama-sama butuh strategi mengelola aset dan dana. Kalau perusahaan bisa “mengoptimalkan kas” lewat buyback, kita sebagai individu juga perlu punya strategi cerdas dalam mengatur cash flow.

Nah, buat kamu yang ingin lebih percaya diri mengatur keuangan, Skorlife bisa bantu dengan berbagai fitur:

  • SkorPintar: Satukan semua kartu kreditmu dalam satu portal. Nggak ada lagi cerita telat bayar karena lupa jatuh tempo.
  • Cek Riwayat Kredit: Lihat skor dan histori kreditmu, biar tahu posisi finansialmu sebenarnya.
  • Peluang Pengajuan Kredit: Mau ambil KPR atau cicilan kendaraan? Skorlife kasih insight peluang persetujuanmu.
  • Manajemen Keuangan: Dapat rekomendasi pintar untuk melunasi tunggakan, atur budget, dan jaga arus kas lebih sehat.

Dengan begitu, kamu bisa fokus ke investasi seperti saham, termasuk memanfaatkan momentum buyback, tanpa khawatir keuangan pribadimu berantakan.

Singkatnya, buyback artinya perusahaan membeli kembali sahamnya dari pasar. Tujuannya bisa macam-macam: menaikkan harga saham, meningkatkan EPS, mengatur struktur modal, hingga membangun kepercayaan pasar.

Buat investor, buyback bisa jadi peluang, tapi tetap harus kritis: cek laporan keuangan, analisa tujuan, dan jangan ikut euforia. Ingat, buyback hanyalah salah satu faktor, investasi yang baik tetap bergantung pada analisa fundamental dan manajemen risiko.

Dan jangan lupa, seperti perusahaan yang jaga struktur modal, kamu juga perlu jaga struktur keuangan pribadimu. Di sinilah Skorlife bisa jadi partner keuangan cerdas buatmu.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments