Value at Risk (VaR): Pengertian, Manfaat, & Cara Menghitung
Value at Risk adalah metode untuk mengukur potensi kerugian investasi. Pelajari cara menghitung VaR, manfaat, jenis, dan contoh sederhananya.
Kalau kamu lagi belajar memahami risiko investasi atau ingin lebih pede mengelola portofolio, istilah Value at Risk biasanya jadi salah satu konsep awal yang wajib dipahami. Tenang, meski terdengar “high-level”, sebenarnya Value at Risk bisa dijelaskan dengan cara sederhana dan relevan banget buat keputusan keuangan sehari-hari.
Dengan memahami Value at Risk, kamu bisa memperkirakan seberapa besar potensi kerugian yang mungkin terjadi dalam kondisi ekstrem, sehingga bisa membantumu mengambil keputusan investasi secara lebih bijak, tanpa harus jadi analis profesional.
Baca juga: Cara Kerja Investasi: Panduan Lengkap untuk Pemula
Apa Itu Value at Risk (VaR)?
Secara sederhana, Value at Risk adalah ukuran yang menghitung seberapa besar potensi kerugian maksimum dari suatu aset, portofolio, atau perusahaan dalam periode tertentu serta tingkat kepercayaan tertentu.
Misalnya: “Dengan tingkat keyakinan 95%, portofolio ini punya Value at Risk sebesar Rp10 juta untuk 1 hari.”
Artinya, ada kemungkinan 5% portofoliomu bisa rugi lebih besar dari Rp10 juta dalam sehari.
Konsep Value at Risk banyak dipakai oleh manajer investasi, bank, perusahaan, hingga trader ritel untuk memahami batas risiko sebelum mengambil keputusan.

Kenapa Value at Risk Penting?
Dalam dunia finansial, risiko itu bukan sekadar “untung rugi”, tapi seberapa siap kamu menghadapi kondisi pasar yang berubah cepat.
Dengan Value at Risk, kamu bisa:
- Mengukur potensi kerugian secara objektif
VaR bantu kamu melihat angka spesifik, bukan sekadar feeling.
-
- Membantu pengambilan keputusan investasi
Kamu bisa tahu mana aset yang “riskier”, dan mana yang aman buat profil risiko kamu. - Menjaga kesehatan portofolio
Banyak investor menyesuaikan porsi aset berdasarkan Value at Risk supaya tetap sesuai toleransi risiko.
- Membantu pengambilan keputusan investasi
- Dipakai sebagai standar global
Value at Risk bukan sekadar teori, bank dunia, hedge fund besar, hingga regulator memakai metode ini.
Baca juga: Definisi dan Pengertian All-Time High (ATH) dalam Investasi
Jenis-Jenis Metode Value at Risk
Ada beberapa cara menghitung Value at Risk, dan masing-masing punya kelebihan tergantung kebutuhanmu serta seberapa kompleks portofoliomu.
1. Metode Parametrik (Variance-Covariance VaR)
Metode ini mengasumsikan bahwa return aset bergerak mengikuti distribusi normal. Karena rumusnya relatif sederhana, proses perhitungannya cepat serta efisien.
Biasanya dipakai oleh bank atau institusi besar yang perlu menghitung risiko setiap hari. Cocok kalau portofoliomu stabil, asetnya blue-chip, atau volatilitasnya cenderung rendah.
2. Metode Historical Simulation
Menggunakan data historis harga untuk memprediksi kerugian di masa depan. Jadi hasilnya mengikuti pola nyata dari pergerakan pasar sebelumnya.
Pendekatan ini tidak membutuhkan asumsi distribusi tertentu, sehingga lebih realistis dan mudah diikuti. Kalau kamu investor ritel atau baru mulai belajar manajemen risiko, metode ini biasanya terasa paling intuitif.
3. Monte Carlo Simulation
Metode ini menjalankan ribuan hingga jutaan skenario acak untuk melihat berbagai kemungkinan pergerakan harga ke depan.
Karena fleksibel, Monte Carlo bisa menyesuaikan berbagai jenis asumsi dan kondisi pasar. Tapi prosesnya jauh lebih kompleks serta butuh komputasi besar. Biasanya dipakai oleh manajer risiko profesional yang menangani portofolio besar atau aset dengan volatilitas tinggi.

Cara Menghitung Value at Risk (Contoh Sederhana)
Yuk kita ambil contoh praktikal, supaya kamu makin paham cara Value at Risk bekerja.
Contoh:
- Total nilai portofolio: Rp100 juta
- Volatilitas harian (σ): 2%
- Tingkat kepercayaan (confidence level): 95%
- Z-score 95% ≈ 1,65
Rumus VaR parametric:
VaR = Z × σ × Nilai Portofolio
Maka:
VaR = 1.65 × 0.02 × 100,000,000
VaR = 3,300,000
Artinya, dengan tingkat keyakinan 95%, potensi kerugian maksimum portofoliomu untuk 1 hari adalah sekitar Rp3,3 juta.
Apa Itu Z-score? (Penjelasan Sederhana)
Z-score adalah angka yang menunjukkan tingkat keyakinan (confidence level) dalam penghitungan risiko.
Secara sederhana:
- Kalau kamu pakai confidence level 95%, Z-score-nya: 1.65
- Kalau 99% → Z-score: 2.33
- Kalau 90% → Z-score: 1.28
Z-score ini diambil dari distribusi normal (kurva lonceng). Dia membantu menunjukkan seberapa “ketat” kamu ingin menilai risiko. Semakin besar Z-score, berarti kamu ingin analisis risiko secara lebih konservatif (lebih hati-hati). Misalnya, bank biasanya pakai 99%, investor ritel banyak menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Baca juga: Apa Itu High Risk High Return dalam Investasi?
Kapan Value at Risk Perlu Kamu Gunakan?
Value at Risk cocok banget kalau kamu ingin:
- Mulai mengukur risiko investasi dengan data yang lebih jelas
- Menilai dampak volatilitas pada portofolio
- Mengetahui potensi kerugian sebelum menambah atau mengurangi posisi
- Menjaga agar portofolio tetap sesuai profil risiko
Kalau kamu lagi mikir mau ambil KPR, kredit kendaraan, atau produk pinjaman lain, pemahaman Value at Risk juga bantu kamu menilai kemampuan bayar, karena risiko finansial nggak cuma datang dari investasi, tapi juga dari cash flow bulananmu.
Pantau Kesehatan Keuangan dengan Aplikasi Skorlife
Mengukur risiko itu bukan cuma soal angka di investasi, tapi juga bagaimana kondisi kredit serta cash flow kamu saat ini. Kalau mau lihat kondisi kreditmu lebih jelas:
- Cek riwayat kredit kamu langsung dari aplikasi Skorlife.
- Lihat peluang disetujui sebelum ajukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah), KTA (Kredit tanpa Agunan), atau kredit kendaraan.
- Dapat rekomendasi manajemen keuangan, termasuk pembayaran tunggakan dan budgeting secara lebih sehat.
Dengan gambaran lengkap seperti ini, keputusan investasimu, termasuk saat memakai Value at Risk, bisa lebih matang sekaligus terukur.
Baca juga: 7 Jenis Instrumen Investasi: Contoh, Kelebihan, dan Cara Memilih yang Tepat
Kelemahan Value at Risk
Meskipun Value at Risk berguna, jangan menganggap ini angka sakti. Ada batasannya:
- Tidak memprediksi kerugian setelah melewati batas VaR
Kalau VaR bilang potensi rugi 3 juta, itu tidak menjelaskan seberapa buruk kerugian bisa terjadi setelah batas itu. - Gagal menangkap kejadian ekstrem (black swan)
Kejadian seperti pandemi COVID-19 sering kali jauh dari data historis normal. - Metode berbeda = hasil berbeda
Parametric bisa beda hasil dari historical simulation atau Monte Carlo.
Jadi, Value at Risk itu alat, bukan ramalan pasti.

Tips Menggunakan Value at Risk dengan Bijak
- Padukan VaR dengan analisis risiko lain seperti stress test
- Perhatikan kondisi pasar yang sedang berubah cepat
- Review data portfolio kamu secara berkala
- Kenali profil risiko pribadi sebelum investasi
Kalau kamu butuh insight tambahan soal kondisi finansialmu, kamu bisa mulai dari hal sederhana seperti cek riwayat kredit dan budgeting bulanan via Skorlife.
Baca juga: Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan untuk Rumah Tangga
Kesimpulan
Value at Risk membantu kamu memahami potensi kerugian dalam investasi dengan cara yang lebih objektif dan terukur. Dengan metode tepat dan pemahaman tepat, Value at Risk bisa jadi alat penting untuk menjaga portofolio tetap sehat. Jangan lupa, risiko investasi juga erat kaitannya dengan kondisi finansial pribadi, jadi pastikan kamu mengelola kredit dan cash flow dengan baik supaya keputusan investasi makin solid.
Kalau mau cek kesehatan finansialmu sebelum mulai investasi, kamu bisa mulai dari Skorlife: cek kredit, lihat peluang disetujui, serta dapat rekomendasi budgeting yang lebih personal.
FAQ Seputar Value at Risk
- Apa tujuan utama Value at Risk?
Untuk menunjukkan potensi kerugian maksimum dalam periode tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu, sehingga kamu bisa mengukur risiko investasi dengan lebih terstruktur.
- Berapa tingkatan confidence level yang umum dipakai?
Biasanya 90%, 95%, atau 99%. Semakin tinggi angkanya, semakin konservatif estimasi risikonya.
- Apakah Value at Risk cocok untuk investor pemula?
Cocok banget, selama memakai contoh sederhana. Kamu nggak wajib pakai rumus kompleks, cukup pahami logikanya: seberapa besar potensi kerugian yang siap kamu terima.
- Apakah Value at Risk selalu akurat?
Tidak selalu. VaR mengandalkan data historis dan model tertentu. Tapi tetap berguna sebagai alat awal untuk memahami risiko.
- Bagaimana cara mengecek kesehatan finansial sebelum investasi?
Selain menghitung Value at Risk, kamu bisa cek riwayat kredit, menilai peluang pengajuan kredit, dan mengelola cash flow lewat aplikasi seperti Skorlife.





