Analis Ungkap Alasan Emiten Melakukan Buyback Saham. Investor Perlu Tahu Hal Ini
Sejumlah analis ungkap alasan emiten melakukan buyback saham pada 2024 hingga 2025. Beberapa di antaranya emiten LQ45.
Blog Skorlife melansir dari situs berita online Kompas.com kalau sejumlah perusahaan yang melantai di bursa akan melakukan aksi pembelian kembali saham.
Empat emiten di antaranya termasuk ke dalam LQ45 yang tergolong saham blue chips dan menjadi incaran para investor.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk akan melakukan buyback saham senilai Rp4 triliun dalam kurun waktu 12 bulan sejak 16 Mei 2024.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melaksanakan pembelian saham kembali senilai maksimum Rp1 triliun mulai dari 16 Mei 2024 hingga 15 Mei 2025.
Sementara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyiapkan dana Rp895 miliar untuk pelaksanaan buyback saham.
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga melakukan hal serupa untuk membeli 75 juta lembar saham dengan dana yang disiapkan Rp150 miliar.
Selain itu, ada sejumlah perusahaan lainnya yaitu PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT Trisula International Tbk (TRIS), PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dan PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) yang akan melakukan buyback.
Mengungkap Alasan Emiten Melakukan Buyback Saham
Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla memberikan pernyataan mengenai rencana aksi korporasi di tengah kondisi pasar yang mengalami fluktuasi.
Ia mengatakan kalau langkah pembelian kembali saham dilakukan untuk dua tujuan utama yaitu menjaga agar harga saham tidak terlalu turun, serta menjaga agar sahamnya tetap likuid.
Thoriq menyatakan bahwa sebagian harga saham yang akan dibeli kembali cenderung turun, bahkan ada yang relatif tidak likuid.
“Adanya aksi buyback ini diharapkan memberikan kepercayaan investor untuk bertransaksi kembali di saham emiten tersebut,” katanya.
Sementara itu, Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus juga memberikan pernyataan.
Ia mengungkapkan bahwa aksi buyback menjadi salah satu katalis positif untuk meredam tekanan jual yang ada saat ini, sekaligus mengurangi volatilitas yang terjadi di pasar.
“Meski demikian, biasanya efek dari buyback ini hanya bersifat sementara. Jadi investor perlu mencermati juga perkembangan kondisi makro dan fundamental dari emitennya,” katanya.
Bagi kamu yang ingin mengetahui perkembangan bursa saham dan emiten di Indonesia, pantau terus blog Skorlife.
Pastikan kamu telah mengunduh aplikasi Skorlife pada telepon pintar untuk memudahkan mengecek skor kredit terkini.