Debt to Income Ratio: Definisi, Rumus & Cara Hitung
Ketika kamu sedang mempertimbangkan ambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kredit kendaraan, atau KTA (Kredit tanpa Agunan), ada satu angka yang diam-diam sangat diperhatikan bank: debt-to-income ratio. Banyak orang yang sebenarnya mampu bayar, tapi pengajuannya terhambat hanya karena rasio ini melebihi batas aman.
Agar kamu makin paham apa itu debt to income ratio, bagaimana cara menghitungnya, serta kenapa angka kecil ini bisa menentukan masa depan finansialmu, simak ulasan berikut ini sampai akhir, ya.
Baca juga: DBR: Cara Menghitung Rasio Utang dan Pentingnya dalam Pengajuan Kredit
Apa Itu Debt to Income Ratio?
Singkatnya, debt to income ratio adalah perbandingan antara total cicilan bulanan dengan total penghasilan bulanan. Bank memakai rasio ini untuk melihat kemampuan membayar utang dengan stabil.
Jika cash flow kamu sehat, biasanya rasionya rendah. Tapi kalau sebagian besar gaji kamu habis buat bayar cicilan, rasio ini naik, dan bank jadi lebih hati-hati dalam memberikan pinjaman atau kredit.
Banyak bank di Indonesia menetapkan batas aman debt-to-income ratio sekitar 30-45%, tergantung jenis kredit.
Selain kredit perbankan, rasio ini juga sering disebut sebagai:
- rasio kemampuan bayar,
- rasio beban utang,
- DTI ratio,
- debt service ratio (mirip, tapi biasanya digunakan untuk konteks bank internal).

Kenapa Debt-to-Income Ratio Penting?
Karena rasio ini jadi salah satu indikator paling objektif buat menilai risiko. Ketika DTI tinggi, risiko gagal bayar (Non-Performing Loan/NPL) juga lebih tinggi. Itu sebabnya bank menggunakan standar internasional untuk menjaga kualitas kreditnya.
Dari sisi kamu sebagai peminjam, DTI membantu kamu menilai: “Apakah utang ini masih sehat untuk kondisi keuangan saya?”
Kalau kamu sering merasa gaji “hilang begitu saja”, mungkin ini saatnya cek debt-to-income ratio kamu sendiri.
Baca juga: Apa Itu Amortisasi? Pengertian, Contoh, dan Rumus Amortisasi
Rumus Debt-to-Income Ratio
Rumus debt to income ratio cukup mudah dan bisa kamu hitung kapan saja. Berikut rumusnya:
Debt-to-Income Ratio = (Total Cicilan Bulanan / Total Penghasilan Bulanan) × 100%
Komponen cicilan yang dihitung:
- Cicilan KPR
- Cicilan mobil/motor
- Cicilan kartu kredit (minimal payment)
- Pinjaman online (yang sedang berjalan)
- Kredit lain seperti KTA atau pinjaman koperasi
Contoh penghasilan bulanan: gaji + komisi + penghasilan tetap lain.

Contoh Perhitungan Debt-to-Income Ratio
Misalkan:
- Cicilan untuk KPR: Rp3.500.000 / bulan
- Cicilan motor: Rp 900.000 / bulan
- Minimum payment kartu kredit: Rp.600.000
Total Cicilan: Rp5.000.000
Dan, misalkan total penghasilan per bulan: Rp12.000.000
Maka:
DTI = (5.000.000 / 12.000.000) × 100% = 41,6%
Artinya, 41,6% dari penghasilanmu habis untuk membayar cicilan.
Bank biasanya ideal di bawah 40%. Jadi angka ini masih mungkin disetujui, tapi mungkin butuh analisis tambahan dari bank (misalnya cek SLIK OJK, riwayat kredit, hingga stabilitas pekerjaan).
Baca juga: Pengertian dan Rumus Bunga Majemuk: Panduan Sebelum Ajukan Kredit
Berapa Debt-to-Income Ratio yang Ideal?
Tidak ada angka “wajib” nilai debt to income ratio yang ideal, tapi umumnya:
- <30% → Sangat sehat
- 30-40% → Masih aman
- >45% → Berisiko tinggi, pengajuan kredit bisa lebih sulit
Menurut berbagai survei konsumsi rumah tangga, banyak keluarga Indonesia mengalokasikan sekitar 15-30% pendapatan untuk cicilan. Itu sebabnya bank tetap hati-hati menjaga batas.
Kalau DTI kamu mulai mendekati 50%, bukan berarti kamu buruk dalam mengelola uang. Kadang cicilan menumpuk karena kebutuhan keluarga atau situasi darurat. Yang penting, kamu tahu posisinya dan bisa bikin rencana.

Cara Menurunkan Debt-to-Income Ratio
Kalau kamu ingin mengajukan pinjaman baru tapi DTI sudah tinggi, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menurunkannya secara bertahap:
1. Lunasi cicilan kecil dulu
Cicilan kecil biasanya punya sisa tenor pendek, jadi efeknya cepat terasa. Begitu satu cicilan lunas, beban bulanan langsung turun dan otomatis menurunkan DTI. Ini efektif banget kalau kamu punya beberapa paylater atau pinjol legal dengan bunga relatif tinggi.
2. Naikkan penghasilan bulanan
Tambahan pendapatan walaupun kecil tetap membantu menyeimbangkan rasio. Banyak orang mulai dari freelance ringan, ambil shift lembur, atau memanfaatkan skill yang sudah ada. Semakin besar pendapatan, semakin kecil porsi cicilan dalam perhitungan DTI.
Baca juga: Apa itu Loan at Risk dan Bedanya dengan Non Performing Loan
3. Konsolidasi utang
Kalau cicilanmu tersebar di banyak tempat, menggabungkannya jadi satu pinjaman dengan tenor lebih panjang bisa menurunkan total cicilan bulanan. Memang durasinya jadi lebih lama, tapi cash flow harian jadi lebih lega dan DTI lebih aman untuk pengajuan kredit baru.
4. Atur ulang prioritas belanja
Bukan berarti harus hidup super hemat. Cukup mulai dari evaluasi pengeluaran rutin seperti subscription, biaya makan luar, atau kebiasaan harian yang bisa dioptimalkan. Penghematan 5-10% aja per bulan bisa membantu kamu menutup cicilan kecil lebih cepat.
5. Cek kondisi kreditmu secara berkala
SLIK OJK, skor kredit, hingga rekam pembayaran tetap punya efek ke peluang persetujuan kredit. Dengan memantau semuanya secara rutin, kamu bisa tahu bagian mana yang perlu diperbaiki. Kamu juga bisa pakai aplikasi Skorlife untuk memantau data kredit, melihat peluang pengajuan disetujui, dan dapat rekomendasi perbaikan cash flow.
Cek DTI & Kelayakan Kredit Lebih Mudah dengan Skorlife
Kalau kamu mau lebih percaya diri sebelum mengajukan kredit, kamu bisa gunakan Skorlife untuk:
- Cek Riwayat Kredit: lihat rekam pembayaran kamu, termasuk kredit aktif.
- Lihat Peluang Pengajuan Kredit Disetujui: dapat insight real-time tentang peluang approval berdasarkan data kreditmu.
- Manajemen Keuangan: dapat rekomendasi pembayaran tunggakan dan budgeting harian biar cash flow makin sehat.
Dengan begitu, kamu bisa tahu apakah debt-to-income ratio kamu aman dan apa yang bisa ditingkatkan sebelum apply kredit besar seperti KPR.
Baca juga: Cara Mengelola Limit Kartu Kredit Secara Maksimal agar Keuangan Tetap Aman
Kesimpulan
Memahami debt-to-income ratio bukan cuma soal angka. Ini tentang memastikan kamu mengambil pinjaman dengan aman tanpa mengganggu keseharianmu. Kalau rasanya cicilan mulai terasa berat, nggak apa-apa. Kamu bisa mulai pelan-pelan memperbaiki cash flow dan menata ulang keuangan.
Dan kalau kamu sedang mempersiapkan pengajuan kredit, cek dulu riwayat dan peluangmu lewat Skorlife biar lebih yakin melangkah.
FAQ Seputar Debt to Income Ratio
- Apa itu Debt to income ratio?
Debt to Income Ratio adalah rasio yang membandingkan total cicilan bulanan dengan penghasilan bulanan untuk menilai kemampuan bayar seseorang. Semakin kecil rasionya, semakin sehat kondisi finansialmu dan semakin besar peluang bank menganggapmu peminjam yang stabil.
- Berapa DTI yang aman untuk pengajuan kredit?
Umumnya berada di bawah 40%. Namun setiap bank punya standar berbeda berdasarkan jenis kredit, usia, hingga stabilitas pekerjaan. Meski DTI sedikit lebih tinggi, pengajuan tetap bisa dipertimbangkan kalau riwayat kredit kamu positif dan tidak ada tunggakan.
- Apakah DTI dipengaruhi paylater dan pinjaman online?
Iya, semua cicilan bulanan dihitung tanpa terkecuali. Termasuk minimal payment kartu kredit, paylater, pinjol legal, hingga kredit koperasi. Bahkan cicilan kecil pun bisa mengerek DTI naik kalau jumlahnya banyak.
- Bagaimana menurunkan debt-to-income ratio dengan cepat?
Cara tercepat biasanya dengan melunasi cicilan kecil yang tinggal sedikit lagi atau menambah penghasilan tambahan. Mengurangi total cicilan atau memperbesar pendapatan akan langsung menurunkan rasio secara signifikan.
- Apakah DTI tinggi pasti ditolak?
Tidak selalu. Banyak bank tetap mempertimbangkan faktor lain seperti skor kredit, catatan pembayaran, dan stabilitas penghasilan. Asal riwayat kreditmu rapi dan tidak ada keterlambatan, peluang persetujuan masih ada.


