Debt Service Ratio: Definisi, Rumus & Cara Hitung
Apa itu debt service ratio? Panduan pengertian, bagaimana rumus DSR bekerja, cara menghitung, batas aman, dan tips pengajuan kredit.
Pernah nggak kamu ngerasa pengin ambil kredit baru, entah KPR (Kredit Pemilikan Rumah), mobil, atau KTA (Kredit tanpa Agunan), tapi ragu, “Kuat nggak ya cicilannya nanti?” Nah, sebelum kamu maju ke proses pengajuan pinjaman, ada satu indikator penting yang sebenarnya bisa bantu jawab keraguan itu, yaitu debt service ratio.
Debt service ratio adalah ukuran seberapa besar penghasilan bulananmu yang sudah “terkunci” untuk membayar cicilan. Dengan kata lain, DSR membantu kamu memahami apakah kondisi cash flow-mu cukup sehat untuk menambah pinjaman baru. Mari kitabahas definisi, fungsi, debt service ratio rumus, cara menghitung, contoh kasus, sampai tips menurunkan DSR untuk tingkatkan peluang pengajuan kredit.
Baca juga: DBR: Cara Menghitung Rasio Utang dan Pentingnya dalam Pengajuan Kredit
Apa Itu Debt Service Ratio?
DSR atau Debt service ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase dari penghasilan bulanan yang kamu gunakan untuk membayar semua cicilan, termasuk KPR, kartu kredit, cicilan kendaraan, pinjol, atau kredit lainnya. Bank menggunakan DSR untuk menilai apakah kamu mampu menanggung cicilan baru tanpa membahayakan kesehatan finansialmu.
Kenapa ini penting? Karena menurut berbagai laporan sektor pembiayaan, banyak kasus gagal bayar terjadi pada peminjam dengan DSR di atas 40-50%. Semakin besar porsi pendapatan habis digunakan untuk cicilan, semakin sempit ruang bernapas finansialmu.
Rasio ini menjadi standar karena sederhana, relevan, dan langsung menggambarkan kondisi cash flow seseorang.

Kenapa Debt Service Ratio Penting untuk Keuangan Harianmu?
Bukan cuma buat bank, buat kita sebagai individu, memahami DSR bisa mengubah cara kita mengelola uang. Ada tiga alasan utama:
1. Membantu Menilai Kesiapan Mengambil Kredit Baru
Sebelum ambil kredit, kamu bisa cek dulu apakah cicilan tambahan ini bakal bikin keuangan keteteran atau masih dalam batas aman.
2. Mencegah “Over-Leverage” yang Bikin Cash Flow Melemah
Over-leverage itu ketika cicilan terlalu besar dibanding penghasilan. Dampaknya? Sulit menabung, nggak punya dana darurat, sehingga mudah ‘terpeleset’ sampai telat bayar.
3. Digunakan Bank sebagai Indikator Risiko
DSR adalah salah satu dasar keputusan bank, selain skor kredit, riwayat pinjaman, dan pendapatan tetap. Semakin rendah DSR, semakin besar peluang pengajuan kreditmu disetujui.
Kamu bisa cek Riwayat Kredit dan Peluang Pengajuan Kredit lewat aplikasi Skorlife supaya lebih siap serta percaya diri sebelum mengajukan pinjaman.
Rumus Debt Service Ratio (DSR): Penjelasan dan Contoh Perhitungan
Bagian ini biasanya paling bikin bingung, tapi sebenarnya sangat simpel. Berikut rumus debt service ratio yang digunakan oleh hampir semua bank di Indonesia:
DSR = (Total Cicilan Bulanan / Penghasilan Bulanan) × 100%
“Total Cicilan Bulanan” termasuk:
- Cicilan KPR
- Cicilan mobil/motor
- Kartu kredit (minimum payment atau persentase tertentu dari limit)
- Kredit tanpa agunan
- Kredit elektronik / belanja cicilan
- Pinjaman online legal (bukan sektor ilegal)
“Penghasilan Bulanan” termasuk:
- Gaji pokok
- Tunjangan tetap
- Penghasilan sampingan yang stabil
- Komisi tetap bulanan (jika ada)
Contoh Perhitungan DSR
Misal penghasilanmu Rp10.000.000 per bulan. Cicilanmu:
- KPR: Rp2.000.000
- Kredit motor: Rp500.000
- Kartu kredit: Rp300.000
Total cicilan = Rp2.800.000
DSR = (2.800.000 / 10.000.000) × 100% = 28%
Artinya, 28% dari penghasilanmu dipakai membayar cicilan. Ini masih dalam kategori aman dan biasanya masih bisa mendapatkan persetujuan kredit baru.
Baca juga: 7 Penyebab BI Checking Jelek dan Cara Memperbaikinya
Berapa Batas Aman Debt Service Ratio?
Walau tidak ada aturan baku yang sama untuk semua bank, mayoritas lembaga keuangan di Indonesia menggunakan patokan:
- DSR < 30% → Sangat aman
- 30–40% → Aman, tapi hati-hati menambah cicilan baru
- 40–50% → Mulai riskan
- >50% → Berpotensi tinggi ditolak bank
Data dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menunjukkan bahwa tingkat gagal bayar lebih banyak ditemukan pada peminjam dengan rasio cicilan tinggi dibanding penghasilan. Artinya, semakin besar DSR, semakin kecil ruang fleksibilitas finansialmu.

Cara Menurunkan Debt Service Ratio (Untuk Meningkatkan Peluang Kredit)
Kalau setelah dihitung DSR kamu ternyata tinggi, tenang dulu. Banyak orang berada di situasi serupa, dan kamu tetap bisa memperbaikinya dengan cara:
- Kurangi Cicilan dengan Fokus Melunasi yang Kecil Terlebih Dahulu
Metode debt snowball bisa membantu membuat progres lebih cepat terlihat dan menurunkan DSR dalam waktu singkat. - Tambahkan Penghasilan Tambahan
Side job atau freelance bisa membantu menurunkan rasio secara otomatis. - Hindari Menambah Pinjaman Baru Sementara
Biarkan DSR turun dulu sebelum mengambil komitmen baru. - Konsolidasi Utang
Menggabungkan beberapa cicilan menjadi satu pinjaman dengan bunga lebih rendah bisa menurunkan total cicilan bulanan. - Gunakan Bantuan Tools Keuangan
Skorlife punya fitur Manajemen Keuangan yang bisa memberikan rekomendasi strategi pembayaran tunggakan serta mengatur budgeting supaya cicilan lebih terkendali.
Baca juga: Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, dan Berbagai Jenisnya
Cara Cek Debt Service Ratio Sebelum Ajukan Kredit
Menghitung DSR secara rutin bikin kamu lebih terkontrol dalam mengelola pinjaman. Berikut langkah mudahnya:
- Catat semua cicilan berjalan
- Hitung total cicilan per bulan
- Hitung penghasilan bulanan bersih
- Masukkan ke rumus debt service ratio
- Bandingkan hasilnya dengan batas aman
- Lalu cek Riwayat Kredit dan approval probability lewat aplikasi Skorlife supaya kamu tahu apakah layak mengajukan kredit sekarang atau perlu perbaikan dulu
Dengan cara ini, kamu bisa membuat keputusan keuangan secara lebih tenang sekaligus terukur.

Contoh Simulasi DSR: Mau Ambil Kredit Baru?
Misal kamu punya penghasilan Rp9.000.000 dan cicilan berjalan Rp2.700.000 (30%). Lalu kamu ingin ambil kredit motor dengan cicilan Rp1.000.000 per bulan.
Jika diteruskan, DSR akan jadi:
(2.700.000 + 1.000.000) / 9.000.000 × 100% = 41%
Artinya, DSR kamu naik dari 30% (aman) menjadi 41% (mulai berisiko). Bisa saja bank masih menyetujui, tapi peluangnya menurun karena rasio cicilan sudah melewati batas ideal. Simulasi sederhana seperti ini membantu kamu mengukur kemampuan finansial sebelum membuat keputusan besar.
Kesimpulan
Mengelola DSR bukan hanya soal mendapat persetujuan kredit, tapi juga menjaga kesehatan finansialmu jangka panjang. Dengan memahami kondisi cicilan, menghitung kemampuan bayar, dan memantau riwayat kredit secara berkala, kamu bisa membuat keputusan finansial dengan lebih percaya diri serta terarah. Jika kamu ingin melihat peluang pengajuan kredit atau mengatur strategi pembayaran yang lebih efektif, gunakan bantuan alat seperti Skorlife untuk memandu langkahmu dengan lebih tenang dan terukur.
FAQ Seputar Debt Service Ratio
- Apa itu debt service ratio (DSR)?
Debt service ratio adalah rasio yang menunjukkan berapa persen dari penghasilan bulananmu yang sudah dialokasikan untuk membayar cicilan. Semakin kecil angkanya, semakin longgar ruang gerak cash flow-mu.
- Apa itu DSR dalam pengajuan kredit?
Dalam proses pengajuan kredit, DSR digunakan bank untuk melihat kemampuan bayar calon peminjam. Rasio ini membantu bank menilai apakah cicilan baru masih realistis dengan kondisi penghasilanmu saat ini.
- Berapa debt service ratio yang aman?
Umumnya di bawah 40% dianggap aman. Angka ini memberi ruang cukup untuk kebutuhan harian, tabungan, dan dana darurat tanpa terasa tercekik oleh cicilan.
- Apakah skor kredit mempengaruhi DSR?
Tidak secara langsung, tetapi keduanya saling berkaitan. Skor kredit menentukan reputasi pembayaranmu, sementara DSR menunjukkan kemampuan bayar ke depan. Jika DSR tinggi ditambah skor kredit rendah, peluang pengajuan kredit disetujui menjadi lebih kecil.
- Bagaimana cara menurunkan DSR dengan cepat?
Mulailah dari cicilan kecil agar progresnya terasa, kemudian evaluasi pengeluaran agar ada ruang untuk menambah pembayaran. Alternatif lainnya adalah konsolidasi pinjaman atau menambah penghasilan sampingan yang stabil.



