Fraud di Era Digital: Arti, Jenis, Kerugian, dan Pencegahan

Fraud artinya penipuan digital yang bisa merugikan. Kenali jenis fraud, contoh kasus, hingga cara mencegah Fraud agar finansial tetap aman.

Pernah dengar istilah fraud? Kalau diterjemahkan, fraud artinya penipuan atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi, biasanya dengan merugikan pihak lain.

Di dunia finansial, fraud bisa muncul dalam banyak bentuk. Dari transaksi kartu kredit yang dipakai tanpa izin, akun e-wallet yang diambil alih, sampai investasi bodong yang menjerat ribuan orang. Masalahnya, di era digital sekarang, fraud semakin sulit dideteksi karena para pelaku makin pintar memanfaatkan teknologi.

Menurut data Global Anti-Fraud Report 2023 (PwC), lebih dari 51% perusahaan di seluruh dunia mengalami fraud dalam dua tahun terakhir. Bahkan di Indonesia, OJK mencatat kerugian akibat investasi ilegal mencapai Rp117,4 triliun sepanjang 2018-2023. Bayangkan betapa besarnya dampak keuangan yang bisa timbul hanya karena kurang waspada.

Baca juga: Dampak Negatif Pinjaman Online bagi Keuangan 

Jenis-Jenis Fraud yang Sering Terjadi

Fraud artinya bisa sangat luas, tapi di era digital, beberapa jenis fraud berikut ini paling sering kita temui dalam keseharian:

1. Phishing

Pernah dapat SMS atau email yang katanya dari “bank” dan minta kamu klik link tertentu? Itulah phishing. Tujuannya mencuri data pribadi seperti PIN, OTP, atau nomor kartu. Bahkan, pada 2022, Kominfo mencatat lebih dari 500 ribu situs phishing diblokir karena menargetkan pengguna layanan perbankan digital.

👉 Contoh kasus: Seseorang menerima email palsu yang mirip banget dengan email resmi bank. Di dalamnya ada link “update data”. Setelah ia klik dan memasukkan nomor kartu serta PIN, tak lama kemudian ada transaksi jutaan rupiah di kartunya.

⚠️ Tips mencegah: Jangan pernah klik link atau isi data lewat SMS/email mencurigakan. Kalau ragu, hubungi langsung call center resmi bank.

2. Identity Theft (Pencurian Identitas)

Fraud artinya juga bisa berupa pencurian identitas. Dengan bermodal fotokopi KTP atau data login, pelaku bisa mengajukan pinjaman online atas nama kamu. Akibatnya? Kamu bisa ditagih utang yang bukan milikmu.

👉 Contoh kasus: Data KTP dan slip gaji seseorang bocor karena diunggah ke situs tidak resmi. Ternyata data itu dipakai orang lain untuk mengajukan pinjaman online. Ia pun ditagih utang ratusan ribu per bulan padahal tidak pernah meminjam.

⚠️ Tips mencegah: Jangan sembarangan unggah dokumen pribadi ke internet. Pastikan hanya diberikan ke lembaga resmi dan gunakan watermark “Hanya untuk …” saat menyerahkan fotokopi dokumen.

Fraud di Era Digital

3. Carding

Modus ini biasanya terjadi di e-commerce. Data kartu kredit dicuri, lalu dipakai untuk transaksi ilegal. Korban baru sadar setelah tagihan membengkak.

👉 Contoh kasus: Seorang pengguna berbelanja online di website luar negeri yang ternyata tidak aman (tidak ada tanda gembok/https). Data kartunya direkam atau tersimpan di website tersebut, lalu seminggu kemudian muncul tagihan pembelian gadget yang ia tidak pernah lakukan.

⚠️ Tips mencegah: Pastikan situs belanja menggunakan protokol aman (https://). Aktifkan notifikasi transaksi kartu kredit supaya bisa cepat tahu jika ada pembelian mencurigakan.

4. Investment Scam

Penipuan investasi sering menawarkan imbal hasil fantastis, misalnya “profit 20% per bulan”. Padahal, tidak ada bisnis legal yang bisa menjanjikan angka sebesar itu. Kalau perusahaan tidak terdaftar di OJK, hampir pasti itu adalah fraud.

👉 Contoh kasus: Ribuan orang tergiur “investasi kripto” dengan janji keuntungan instan. Awalnya lancar, tapi setelah banyak uang terkumpul, website perusahaan menghilang begitu saja. Kerugian korban mencapai miliaran rupiah.

⚠️ Tips mencegah: Selalu cek legalitas perusahaan di website resmi OJK atau Satgas Waspada Investasi. Ingat, makin tinggi imbal hasil, makin besar risikonya.

5. Account Takeover

Ini salah satu bentuk fraud digital berbahaya. Begitu akun perbankan atau e-wallet diambil alih, pelaku bisa langsung menguras saldo atau melakukan transfer tanpa sepengetahuan pemilik.

👉 Contoh kasus: Seorang pengguna e-wallet menerima telepon dari “CS palsu” yang meminta kode OTP untuk “verifikasi akun”. Setelah kode diberikan, akunnya langsung diakses orang lain, saldo jutaan rupiah raib hanya dalam hitungan menit.

⚠️ Tips mencegah: Ingat, kode OTP itu rahasia. Tidak ada bank atau e-wallet yang meminta OTP lewat telepon. Jika kamu menerima telpon dan penelpon tersebut meminta info personal seperti OTP, langsung tutup dan laporkan.

Investasi Bodong

Kerugian yang Ditimbulkan oleh Fraud

Dampak fraud bukan hanya sekadar uang hilang. Fraud artinya bisa mempengaruhi banyak aspek kehidupan, baik individu maupun bisnis:

  • Kerugian Finansial Langsung
    Saldo rekening terkuras, kartu kredit dipakai tanpa izin, atau dana investasi lenyap begitu saja.
  • Kerugian Psikologis
    Banyak korban fraud merasa cemas, stres, bahkan takut melakukan transaksi online lagi.
  • Kerugian Reputasi
    Untuk bisnis, kasus fraud bisa menghancurkan kepercayaan pelanggan. Sekali nama buruk tersebar, sulit untuk memperbaikinya.
  • Kerugian Jangka Panjang
    Kalau data pribadimu bocor, bisa muncul masalah di masa depan. Misalnya catatan riwayat kredit jadi “kotor” karena ada pinjaman yang bukan kamu ajukan.

Baca juga: Waspada Investasi Bodong: Ciri, Contoh, dan Cara Melaporkannya

Cara Mencegah Fraud di Era Digital

Berita baiknya, fraud adalah hal yang bisa dicegah. Kuncinya ada pada kewaspadaan dan kebiasaan sehat dalam mengelola informasi finansial. Yuk, cek beberapa langkah praktis berikut:

1. Selalu Verifikasi Sumber Informasi

Jangan asal klik link dari SMS, WhatsApp, atau email. Pastikan alamat website benar-benar sesuai dengan institusi resmi (misalnya domain bank biasanya diakhiri dengan .co.id). Kalau ragu, lebih aman hubungi call center resmi daripada langsung menuruti instruksi di pesan.

2. Gunakan Autentikasi Ganda (2FA)

Aktifkan verifikasi tambahan di akun perbankan, marketplace, maupun e-wallet. Dengan 2FA, sekalipun password bocor, pelaku tetap butuh kode tambahan yang dikirim ke perangkatmu. Ini jadi lapisan keamanan ekstra serta cukup efektif.

3. Kelola Password dengan Bijak

Hindari menggunakan password yang sama untuk semua akun. Kombinasikan huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol agar lebih sulit ditebak. Kalau kesulitan mengingat banyak password, gunakan password manager yang aman untuk menyimpannya.

4. Pantau Aktivitas Finansial Secara Rutin

Biasakan cek mutasi rekening, tagihan kartu kredit, atau transaksi e-wallet minimal seminggu sekali. Kalau ada transaksi kecil tapi mencurigakan, jangan diabaikan, seringkali itu tanda awal fraud. Segera hubungi bank atau penyedia layanan untuk memblokir akun sementara.

5. Edukasi Diri tentang Modus Baru

Fraud adalah kejahatan yang terus berevolusi. Modusnya bisa berganti cepat, dari phishing, social engineering, sampai scam investasi. Jadi, penting untuk selalu update informasi, misalnya dengan mengikuti berita resmi dari OJK atau membaca tips keamanan dari bank. Semakin banyak kamu tahu, semakin kecil peluang jadi korban.

Skorlife: Solusi Praktis untuk Mengurangi Risiko Fraud

Salah satu tameng terbaik untuk melawan fraud adalah dengan mengelola keuangan dengan rapi adalah. Misalnya, kalau ada transaksi kartu kredit yang tidak sesuai pola penggunaanmu, kamu bisa cepat mengetahuinya.

Dengan Skorlife, kamu bisa:

  • SkorPintar: Mengelola semua kartu kredit di satu portal, lengkap dengan analisa pola penggunaan.
  • Cek Riwayat Kredit: Memastikan tidak ada pengajuan kredit mencurigakan atas namamu.
  • Peluang Pengajuan Kredit: Mengetahui seberapa besar peluang pengajuan kreditmu disetujui, biar lebih percaya diri.
  • Manajemen Keuangan: Dapat rekomendasi cara melunasi tunggakan secara efektif dan mengatur budget dengan lebih terarah.

Dengan tools ini, kamu bisa lebih cepat mendeteksi tanda-tanda fraud sekaligus menjaga kesehatan finansialmu.

Singkatnya, fraud artinya penipuan atau kecurangan yang bisa menimpa siapa saja di era digital. Modusnya beragam, mulai dari phishing, pencurian identitas, carding, sampai investasi bodong. Kerugiannya tidak hanya finansial, tapi juga emosional dan reputasi.

Namun, kamu tidak perlu panik. Dengan langkah sederhana seperti waspada terhadap link mencurigakan, aktifkan 2FA, dan rutin memantau aktivitas finansial, risiko fraud bisa ditekan.

Dan supaya lebih aman, jangan ragu memanfaatkan layanan Skorlife untuk memantau riwayat kredit, mengelola kartu kredit, dan menjaga keuangan tetap sehat. Dengan begitu, kamu bisa lebih tenang menghadapi era digital tanpa harus khawatir jadi korban fraud.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments