Supply Chain Financing: Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya
Pelajari apa itu supply chain financing, cara kerja SCF, manfaat, dan contohnya untuk bisnis agar cash flow tetap sehat dan efisien.
Di dunia bisnis yang semakin kompleks, arus kas (cash flow) di rantai pasok bisa jadi tantangan besar, terutama untuk pemasok (supplier) kecil dan menengah. Nah, di sinilah konsep supply chain financing hadir sebagai solusi pintar. Yuk, kita bahas bersama apa itu SCF, bagaimana cara kerjanya, hingga manfaatnya untuk semua pihak.
Baca juga: Apa Itu Ekuitas? Ini Arti, Komponen, dan Fungsinya dalam Bisnis
Apa Itu Supply Chain Financing (SCF)?
Supply chain financing, atau kerap disingkat menjadi SCF adalah mekanisme pembiayaan yang mengoptimalkan modal kerja (working capital) di sepanjang rantai pasok. Dengan skema ini, lembaga keuangan (seperti bank atau fintech) “mengintervensi” pembayaran antar perusahaan sehingga supplier bisa menerima uang lebih cepat, sementara pembeli dapat menunda pembayaran sesuai kesepakatan.
Singkatnya, SCF adalah jembatan keuangan antara pembeli (buyer), pemasok (supplier), hingga institusi keuangan, agar kas bisa tetap mengalir dengan efisien tanpa menundukkan pihak mana pun.

Bagaimana Cara Kerja Supply Chain Financing
Supaya lebih jelas, berikut alur kerja supply chain financing secara umum:
- Pesanan dan Pengiriman
Supplier mengirim barang atau jasa ke buyer, lalu mengirim invoice (faktur tagihan). - Persetujuan Invoice
Buyer menerima serta memverifikasi invoice. Jika sesuai, buyer menyetujui invoice tersebut, ini menjadi dasar bagi lembaga keuangan untuk memberikan pembiayaan. - Supplier Ajukan Pembiayaan
Setelah invoice disetujui, supplier bisa mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan melalui platform SCF. - Pencairan Dana ke Supplier
Institusi keuangan mencairkan sebagian besar (misal 80-90%) dari nilai invoice ke supplier, biasanya dengan diskon atau beban bunga tertentu. - Pembayaran oleh Buyer
Saat datang waktu jatuh tempo (mis. 60 hari), buyer membayar tagihan penuh ke lembaga keuangan, bukan langsung ke supplier. - Siklus Otomatis (di Sistem Modern)
Di era digital, banyak platform SCF yang sudah terotomatisasi: invoice diverifikasi, pembayaran bisa langsung ditawarkan, serta proses monitoring bisa real-time.
Baca juga: Funding: Pengertian, Jenis, dan Contoh dalam Dunia Bisnis
Manfaat Supply Chain Financing
SCF bukan sekadar trik finansial, ada banyak keuntungan nyata, terutama untuk pelaku usaha di berbagai skala:
Untuk Supplier
- Mendapatkan pembayaran lebih cepat → membantu cash flow operasional.
- Tidak perlu menunggu lama agar buyer membayar faktur mereka karena lembaga keuangan mengambil alih peran itu.
- Bisa menggunakan dana lebih awal untuk beli bahan baku atau ekspansi usaha.
Untuk Buyer
- Fleksibilitas dalam pembayaran: bisa nego tenor pinjaman lebih panjang.
- Menjaga hubungan baik dengan supplier karena mereka mendapat uang tepat waktu.
- Arus kas perusahaan tetap sehat tanpa beban likuiditas besar di saat invoice jatuh tempo.
Untuk Lembaga Keuangan (Bank / Fintech)
- Menciptakan portofolio pembiayaan baru.
- Risiko lebih terkontrol karena invoice sudah disetujui oleh buyer (“creditworthy” buyer bisa menjadi jaminan).
- Potensi pendapatan dari bunga, fee, discount.
Untuk Ekosistem Bisnis Secara Umum
- Stabilitas rantai pasok meningkat: supplier lebih sehat secara finansial → proses produksi dan distribusi lancar.
- Inklusi keuangan terutama untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah): supplier kecil bisa akses pembiayaan yang sulit didapat lewat pinjaman konvensional.
- Efisiensi operasional lewat digitalisasi: banyak SCF modern berbasis platform teknologi, mempercepat verifikasi invoice serta pembayaran.

Tantangan dan Risiko SCF
Meskipun menarik, penerapan supply chain financing juga punya risiko yang perlu diperhatikan:
- Risiko Kredit Buyer
Jika buyer gagal bayar saat jatuh tempo, lembaga keuangan bisa rugi. Karena itu, pemilihan buyer sebagai anchor sangat penting. - Ketergantungan Teknologi
Karena banyak proses SCF modern berjalan melalui platform digital, gangguan sistem bisa menghambat proses pencairan. - Biaya Tambahan
Ada potongan atau diskon pada invoice saat pencairan (karena lembaga keuangan mengambil “risiko” serta kompensasi), sehingga supplier harus hitung apakah keuntungan cash flow sama dengan biaya “diskonnya”. - Akuntansi dan Regulasi
Perusahaan perlu memperhatikan bagaimana SCF dicatat di neraca (on-balance sheet atau off-balance sheet), serta dampak regulasi serta standar akuntansi.
Baca juga: 11 Cara Mudah Mendapatkan Pinjaman Modal untuk UMKM
Contoh Implementasi SCF di Indonesia
- BNI: BNI menawarkan solusi SCF (Supply Chain Financing) yang terintegrasi digital melalui BNIdirect. Di Q1 2025, mereka memfasilitasi rantai pasok lebih dari Rp 2,5 triliun.
- LPEI / Eximbank: Eximbank menyediakan layanan SCF konvensional dan syariah agar supplier ekspor bisa mempercepat pembayaran invoice mereka.
- SMBC Indonesia: Menyediakan skema distributor financing, supplier financing, hingga contract financing dalam program SCF untuk mendukung likuiditas rantai pasok.
- DBS SME Banking: Menawarkan SCF untuk UKM dengan bunga kompetitif serta tanpa jaminan tambahan, cukup invoice dari buyer sebagai dasar.

Kenapa Bisnis Kamu Perlu Pertimbangkan SCF
Kalau kamu menjalankan usaha sebagai supplier atau kamu adalah pembeli yang punya rantai pasok cukup besar, SCF bisa jadi alat strategis:
- Kas tetap mengalir lancar: Supplier bisa menutup kebutuhan operasional lebih cepat, tanpa harus menunggu hitungan hari/hari jatuh tempo invoice.
- Kelola modal kerja lebih fleksibel: Buyer bisa menegosiasikan tenor pembayaran sesuai siklus produksi atau penerimaan barang.
- Tumbuh lebih sehat: Dengan modal kerja lebih terkelola, kamu bisa fokus ekspansi, produksi, atau memperkuat rantai pasok.
- Efisiensi administratif: Platform SCF sering menyertakan dashboard monitoring, reconciliation invoice, hingga laporan real-time, ini mengurangi beban admin manual.
Baca juga: Contoh Biaya Peluang dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Ekonomi
Tips Agar SCF Efektif di Bisnismu
- Pilih partner lembaga keuangan yang tepat
Cari bank atau fintech yang mengerti karakter bisnismu serta punya reputasi di supply chain financing. - Digitalisasi proses
Gunakan platform SCF agar proses pengajuan invoice, verifikasi, hingga pencairan bisa berjalan cepat sekaligus transparan. - Edukasi semua pihak
Pastikan pemasok ataupun buyer tahu cara kerja SCF agar tidak ada miskomunikasi serta potensi risiko bisa dikelola. - Integrasikan dengan sistem internal
Hubungkan SCF dengan sistem ERP atau akuntansi agar tagihan, pembayaran, dan pembiayaan tercatat rapi. - Pantau dan evaluasi
Lihat metrik seperti berapa banyak invoice yang dibiayai, biaya “diskon” yang dibayar, serta dampak pada cash flow sebelum dan sesudah pakai SCF.
Solusi Keuangan Pribadi dengan Skorlife
Walau topik utama adalah supply chain financing, penting juga menjaga cash flow pribadi, apalagi jika kamu seorang pengusaha kecil atau UMKM. Di sinilah Skorlife bisa bantu:
- Cek Riwayat Kredit: Pantau skor kredit kamu sebelum ajukan pinjaman atau pembiayaan usaha, kamu bisa lebih percaya diri ketika mengajukan modal kerja.
- Peluang Pengajuan Kredit: Dengan data kredit dan profil finansial yang jelas, Skorlife bisa bantu hitung peluang pengajuan kreditmu disetujui, misal untuk KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kredit kendaraan, atau pinjaman usaha.
- Manajemen Keuangan: Atur anggaran, lunasi tunggakan, hingga kelola arus kas usahamu pakai rekomendasi pembayaran & budgeting dari Skorlife, biar cash flow usaha dan pribadimu makin sehat.
Baca juga: Apa Itu Budgeting & Cara Mengatur Anggaran
Kesimpulan
Pada akhirnya, supply chain financing membantu bisnis menjaga cash flow tetap sehat tanpa harus menunggu pembayaran invoice terlalu lama. Dengan memahami cara kerjanya, kamu bisa melihat bahwa SCF adalah solusi yang menguntungkan supplier maupun buyer karena memberi fleksibilitas sekaligu stabilitas rantai pasok.
Tetap pastikan memilih mitra keuangan tepat dan menghitung biayanya. Jika kamu ingin lebih percaya diri saat mengajukan kredit untuk kebutuhan usaha, kamu bisa mulai dengan cek riwayat kredit serta peluang persetujuan lewat Skorlife.
FAQ seputar Supply Chain Financing
- Apa arti dari supply chain financing?
Supply chain financing adalah skema pembiayaan yang membantu supplier menerima pembayaran lebih cepat, sementara buyer tetap bisa membayar sesuai tenggat yang disepakati. Dengan dukungan lembaga keuangan, aliran kas bisnis jadi lebih stabil serta terprediksi.
- Apa tujuan dari SCF?
Tujuan utama SCF adalah menjaga cash flow tetap sehat di seluruh rantai pasok. Skema ini memberi supplier akses dana lebih cepat dan memberi buyer fleksibilitas pembayaran, sehingga hubungan bisnis bisa tetap kuat serta berkelanjutan.
- Apa itu SCM dalam konteks keuangan?
SCM (Supply Chain Management) dalam keuangan adalah proses mengelola aliran barang, informasi, dan dana dari supplier hingga pelanggan akhir. Berbeda dengan SCF adalah fokusnya pada operasional rantai pasok, bukan pembiayaan invoice-nya.
- Apa perbedaan antara supply chain financing dan factoring?
Pada factoring, supplier menjual invoice ke pihak ketiga tanpa perlu persetujuan buyer. Sedangkan dalam supply chain financing, buyer terlebih dahulu menyetujui invoice sehingga risiko lebih rendah dan biaya pembiayaan biasanya lebih kompetitif.
- Siapa yang bisa mendapatkan manfaat dari SCF?
Perusahaan besar, distributor, hingga UMKM dapat memanfaatkan SCF. Supplier bisa menjaga arus kas tetap lancar, buyer punya waktu pembayaran lebih fleksibel, dan lembaga keuangan mendapatkan portofolio pembiayaan lebih aman, jadi seluruh ekosistem bisnis ikut berkembang.





