Mengenal Accounts Receivable (AR): Ciri, Tujuan, dan Contohnya

Pelajari apa itu accounts receivable, ciri-ciri, tujuan, contoh, hingga cara mengelolanya agar cash flow bisnis tetap sehat.

Pernah dengar istilah accounts receivable atau AR? Kalau kamu terjun di dunia bisnis, istilah ini bakal sering muncul di laporan keuangan. Sederhananya, AR adalah piutang usaha, uang yang seharusnya masuk ke kas perusahaan, tapi masih “tertahan” di pelanggan karena pembayaran dilakukan belakangan.

Buat sebagian orang, account receivable terdengar teknis. Padahal, konsep ini dekat banget dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kamu memesan catering untuk acara kantor dan bayarnya seminggu setelah acara selesai, nah itu juga bisa dianggap sebagai bentuk accounts receivable.

Baca juga: Account Payable adalah: Definisi, Proses, dan Manfaatnya

Apa Itu Accounts Receivable?

Accounts receivable adalah piutang usaha yang muncul ketika perusahaan menjual barang atau jasa dengan sistem kredit. Jadi, perusahaan sudah memberikan produk/jasa, tapi pembayaran baru dilakukan di kemudian hari sesuai kesepakatan.

Kalau dibandingkan, AR bisa dianggap sebagai “janji bayar” dari pelanggan. Meski belum cair, AR tetap dicatat sebagai aset lancar dalam neraca karena biasanya bisa ditagih dalam waktu kurang dari setahun.

👉 Contoh sederhana: Perusahaan percetakan menyelesaikan pesanan brosur senilai Rp50 juta, tapi klien baru akan bayar dalam 45 hari. Selama 45 hari, angka Rp50 juta itu tercatat sebagai account receivable.

Pengertian Account Receivable

Kenapa Accounts Receivable Penting?

Buat perusahaan, AR bukan sekadar catatan piutang, tapi punya peran strategis:

  • Menjaga kelancaran bisnis: Memberi kelonggaran pembayaran bikin pelanggan lebih nyaman.
  • Memperluas pasar: Banyak bisnis B2B (business-to-business) bahkan nggak bisa jalan tanpa sistem kredit.
  • Mengoptimalkan cash flow: Dengan pencatatan yang rapi, perusahaan bisa memperkirakan kapan uang masuk.

Faktanya, menurut laporan Dun & Bradstreet, sekitar 90% bisnis global mengalami keterlambatan pembayaran dari klien mereka. Artinya, kemampuan mengelola accounts receivable itu krusial untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan.

Baca juga: Apa Itu Petty Cash, Fungsi, dan Contoh Laporannya 

Ciri-Ciri Accounts Receivable

Supaya lebih mudah mengidentifikasi, berikut beberapa ciri khas account receivable yang perlu kamu pahami:

  1. Timbul dari penjualan kredit
    AR selalu muncul ketika perusahaan menjual barang atau jasa dengan pembayaran ditunda. Jadi, beda dengan transaksi tunai yang langsung masuk kas.
  2. Ada jatuh tempo
    Biasanya ditentukan 30, 60, atau 90 hari, tergantung kesepakatan dengan pelanggan. Semakin jelas aturan jatuh tempo, semakin mudah perusahaan mengatur arus kas.
  3. Tercatat sebagai aset lancar
    Karena sifatnya bisa diuangkan dalam jangka waktu relatif pendek (kurang dari setahun), AR termasuk bagian penting dari aset lancar di neraca perusahaan.
  4. Mengandung risiko gagal bayar
    Tidak semua pelanggan mampu melunasi tepat waktu. Risiko ini harus diantisipasi dengan analisis kredit dan strategi penagihan yang baik.

Dengan ciri-ciri ini, piutang usaha bukan cuma catatan utang pelanggan, tapi juga salah satu indikator utama untuk menilai likuiditas dan kesehatan cash flow perusahaan. Semakin baik perusahaan mengelola AR, semakin stabil pula kondisi keuangannya.

Pengertian Account Receivable

Tujuan Accounts Receivable

Kenapa perusahaan rela menunggu pembayaran dan nggak langsung minta tunai? Ternyata ada beberapa alasan strategis di baliknya:

  1. Meningkatkan daya tarik produk/jasa
    Fleksibilitas pembayaran bikin pelanggan lebih nyaman bertransaksi. Banyak klien korporasi bahkan menjadikan opsi pembayaran kredit sebagai syarat utama sebelum kerja sama.
  2. Membangun kepercayaan
    Dengan memberi waktu bayar, perusahaan menunjukkan profesionalisme sekaligus menumbuhkan rasa percaya dari pelanggan. Kepercayaan ini sering jadi fondasi hubungan bisnis jangka panjang.
  3. Strategi bersaing
    Di banyak industri, terutama B2B, fasilitas kredit sudah jadi standar. Kalau perusahaan tidak memberikan opsi ini, ada risiko pelanggan lari ke kompetitor yang lebih fleksibel.

Namun, semakin besar nilai accounts receivable, semakin tinggi pula risikonya. Kalau tidak dikelola dengan baik, piutang bisa berubah dari aset jadi beban yang justru mengganggu cash flow perusahaan.

Baca juga: Apa Itu Rekening Giro dan Apa Fungsinya?

Contoh Accounts Receivable

Yuk lihat beberapa contoh account receivable di berbagai industri:

  • Retail & Distribusi 
    Distributor sembako menjual produk ke minimarket dengan sistem pembayaran 30 hari. Selama periode tersebut, nilai tagihan masuk sebagai piutang usaha sampai minimarket melunasi.
  • Jasa Konsultasi
    Firma konsultan IT menyelesaikan proyek, lalu mengirimkan invoice dengan jatuh tempo 60 hari. Selama invoice belum dibayar, perusahaan mencatatnya sebagai accounts receivable.
  • Industri Konstruksi
    Kontraktor biasanya dibayar per tahap proyek. Setelah menyelesaikan tahap awal pembangunan, kontraktor menunggu pembayaran dari developer sesuai termin kontrak.
  • Startup SaaS (Software as a Service)
    Layanan berlangganan bulanan yang ditagih di akhir periode penggunaan. Tagihan yang belum dibayar pengguna otomatis menjadi AR perusahaan.

Dari contoh-contoh ini, terlihat jelas bahwa accounts receivable bukan hanya istilah akuntansi di atas kertas. AR benar-benar jadi bagian tak terpisahkan dari siklus bisnis, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar.

Apa Itu Kreditur
Sumber gambar: Freepik

Risiko dalam Accounts Receivable

AR memang bermanfaat, tapi tetap punya tantangan yang nggak bisa diabaikan:

  • Keterlambatan pembayaran
    Kalau pelanggan sering telat bayar, arus kas harian bisa terganggu. Perusahaan yang bergantung pada pemasukan rutin bisa kesulitan memenuhi kewajiban operasional, seperti gaji karyawan atau pembelian bahan baku.
  • Piutang macet
    Risiko terbesar dari accounts receivable adalah ketika pelanggan benar-benar gagal bayar. Dalam kasus ini, perusahaan bisa kehilangan aset yang seharusnya menjadi pemasukan. Bahkan, untuk bisnis kecil, piutang macet bisa langsung mengguncang keberlangsungan usaha.
  • Biaya tambahan
    Mengelola AR juga butuh tenaga dan biaya. Mulai dari biaya administrasi pencatatan, follow-up pembayaran, sampai potensi biaya hukum kalau penagihan harus lewat jalur litigasi.

Menurut data OJK, rasio kredit bermasalah (non-performing loan / NPL) perbankan Indonesia pada pertengahan 2024 tercatat sekitar 2,35%. Angka ini terlihat kecil, tapi tetap jadi pengingat bahwa gagal bayar adalah risiko nyata, dan bukan cuma bank besar, bisnis kecil pun bisa merasakannya.

Baca juga: Panduan Cara Membuat CV Perusahaan

Tips Mengelola Accounts Receivable

Supaya accounts receivable tetap sehat dan nggak jadi sumber masalah, coba terapkan strategi berikut:

  1. Cek kelayakan pelanggan
    Lakukan analisis sebelum memberi fasilitas kredit. Pastikan pelanggan punya rekam jejak pembayaran yang baik.
  2. Tetapkan syarat pembayaran jelas
    Misalnya, jatuh tempo 30 hari dengan denda 1% per bulan jika telat. Transparansi ini bikin pelanggan lebih disiplin.
  3. Buat sistem pengingat
    Kirim reminder invoice beberapa hari sebelum jatuh tempo agar pelanggan tidak lupa.
  4. Gunakan teknologi
    Software akuntansi atau tools keuangan bisa membantu memantau piutang secara real-time.
  5. Pertimbangkan diskon pembayaran cepat
    Misalnya, beri potongan 2% kalau pelanggan melunasi sebelum 10 hari. Strategi ini efektif mempercepat cash flow.

Nah, di sinilah Skorlife bisa jadi partner andalanmu. Dengan fitur Cek Riwayat Kredit dan Peluang Pengajuan Kredit, kamu bisa memahami pola pembayaran baik untuk kebutuhan pribadi maupun bisnis. Ditambah dengan SkorPintar, semua kartu kredit bisa dikelola dalam satu portal, praktis banget buat jaga cash flow tetap aman dan terukur.

Accounts receivable atau piutang usaha adalah elemen penting yang harus dicatat dan diawasi dengan cermat. AR bisa membuka peluang penjualan lebih luas, tapi juga bisa jadi masalah kalau dibiarkan tanpa kontrol.

Kuncinya ada di pengelolaan: tetapkan aturan pembayaran yang jelas, pantau secara rutin, dan gunakan bantuan teknologi. Dengan Skorlife, kamu bisa lebih mudah mengatur tagihan, melihat peluang kredit, sekaligus menjaga keuangan tetap sehat.

Jadi, jangan anggap remeh AR. Kelola dengan bijak, dan jadikan account receivable sebagai strategi untuk memperkuat bisnismu.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments