Memahami Reference Bias dan Cara Mengatasinya agar Keputusan Finansial Lebih Tepat

Pelajari pengertian reference bias (anchoring bias) dan tips praktis untuk membuat keputusan finansial lebih objektif, cerdas, dan minim risiko.

Belakangan ini istilah “kaum mendang mending: sering terdengar di kalangan anak muda. Istilah ini biasanya merujuk pada kebiasaan membandingkan satu pilihan dengan yang lain, lalu memilih yang dianggap lebih rasional atau logis.

Di dunia personal finance, kebiasaan membandingkan ini erat kaitannya dengan reference bias atau anchoring bias. Bias ini bisa memengaruhi keputusan belanja, investasi, hingga pengajuan kredit. Yuk, kita pelajari lebih dalam agar keputusan finansial kamu lebih objektif dan cerdas.

Baca juga: Dampak Negatif Pinjaman Online bagi Keuangan 

Apa Itu Reference Bias (Anchoring Bias)?

Reference bias, atau yang lebih dikenal sebagai anchoring bias, adalah jenis bias kognitif di mana seseorang terlalu mengandalkan informasi awal sebagai titik referensi (anchor) dalam pengambilan keputusan.

Informasi awal ini bisa berupa harga, angka, atau opini pertama yang kita dengar. Anchor tersebut kemudian memengaruhi persepsi dan penilaian terhadap informasi berikutnya, sehingga keputusan yang diambil menjadi kurang objektif. Dengan kata lain, kita sering “terjebak” pada informasi awal dan menilai semua hal lain berdasarkan titik referensi itu, padahal konteks atau data baru mungkin sudah berbeda.

Reference Bias
Sumber gambar: Freepik

Contoh Reference Bias dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Belanja Harian

Misalnya, kamu ingin membeli celana jeans dengan budget Rp 500 ribu. Di toko pertama, harga jeans mencapai Rp 1.000.000, jauh di atas budget. Saat kamu pergi ke toko lain dan menemukan jeans seharga Rp 650 ribu, harga ini terasa lebih “masuk akal”, meskipun tetap melebihi budget. Kenapa? Karena kamu membandingkannya dengan anchor awal Rp 1.000.000. Tanpa sadar, persepsi harga kamu sudah dipengaruhi informasi pertama, bukan hanya berdasarkan kebutuhan atau budget asli.

  1. Investasi Saham

Dalam investasi, anchoring bias sering membuat investor menahan saham yang seharusnya dijual. Misalnya, harga saham turun dari harga beli awal. Banyak investor enggan menjual karena membandingkan harga saat ini dengan harga beli sebelumnya, walaupun analisis pasar menunjukkan peluang lebih baik untuk melepas saham tersebut. Anchor harga beli awal membuat keputusan menjadi emosional, bukan rasional.

  1. Kredit dan Pinjaman

Saat mengajukan pinjaman, kamu mungkin menilai bunga bank tertentu “terlalu tinggi” karena membandingkannya dengan penawaran lain sebelumnya. Padahal, perbandingan tersebut belum tentu relevan dengan kondisi keuanganmu saat ini atau tujuan kredit yang ingin dicapai. Anchor dari penawaran sebelumnya membuat penilaian kita bias, meski sebenarnya ada opsi yang lebih sesuai.

Baca juga: Apa itu Hiperinflasi? Contoh Nyata, Penyebab, dan Dampaknya

Dampak Reference Bias pada Keuangan

Reference bias bisa memengaruhi berbagai keputusan finansial dan berpotensi merugikan jika tidak disadari:

1. Overbudgeting

Saat terlalu fokus membandingkan harga dengan anchor mahal, barang yang sebenarnya masih di atas budget terasa “murah”. Akibatnya, pengeluaran bisa membengkak dan target menabung terganggu.

2. Keputusan investasi yang kurang optimal

Terlalu terpaku pada harga beli atau target keuntungan awal bisa membuat investor menahan saham atau reksadana yang seharusnya dijual. Hal ini membuat keputusan menjadi emosional, bukan berdasarkan analisis pasar yang objektif.

3. Kehilangan peluang finansial 

Membandingkan penawaran kredit, investasi, atau produk keuangan baru dengan informasi lama yang sudah tidak relevan bisa membuat kamu melewatkan peluang yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko saat ini.

Dengan menyadari dampak-dampak ini, kamu bisa lebih hati-hati dalam mengambil keputusan keuangan sehari-hari maupun jangka panjang.

Reference Bias
Sumber gambar: Freepik

Cara Mengatasi Anchoring Bias

Berikut beberapa strategi praktis untuk meminimalkan dampak reference bias, agar keputusan finansial lebih objektif:

1. Bersikap Kritis terhadap Informasi Awal

Evaluasi informasi awal (anchor) sebelum membuat keputusan. Tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah informasi ini relevan dengan tujuan keuangan saya saat ini?
  • Apakah kondisi pasar, harga, atau kebutuhan saya sudah berubah sejak informasi awal muncul?

Misalnya, jeans Rp 1.000.000 tadi mungkin berasal dari toko premium, padahal kamu hanya butuh jeans casual. Dengan menilai ulang konteks, keputusan kamu menjadi lebih rasional.

2. Pertimbangkan Berbagai Alternatif

Jangan hanya terpaku pada satu referensi. Bandingkan banyak opsi sebelum memutuskan. Semakin banyak pilihan yang dievaluasi, semakin mudah menyadari bias dari anchor awal.

Dalam investasi, coba bandingkan beberapa saham, reksadana, atau produk keuangan lainnya sebelum memutuskan. Dalam belanja, bandingkan kualitas dan harga dari beberapa toko.

3. Gunakan Alat Bantu Finansial

Untuk keputusan keuangan yang lebih cerdas, kamu bisa memanfaatkan tools digital seperti Skorlife:

  • SkorPintar: Kelola semua kartu kreditmu dalam satu portal, cek jatuh tempo, dan dapatkan analisis pola penggunaan agar lebih mudah mengatur keuangan.
  • Cek Riwayat Kredit & Peluang Pengajuan Kredit: Lebih percaya diri saat ingin mengajukan pinjaman KPR, kredit kendaraan, atau kredit lainnya.
  • Manajemen Keuangan: Dapatkan rekomendasi pembayaran tunggakan, atur budget, dan lunasi hutang secara efektif.

Dengan bantuan alat ini, keputusan finansial bisa lebih objektif, minim bias, dan sesuai dengan kondisi keuanganmu saat ini.

4. Fokus pada Tujuan Finansial, Bukan Harga Awal

Alihkan fokus dari angka awal atau perbandingan yang tidak relevan ke tujuan finansial jangka pendek dan panjang kamu. Misalnya:

  • Apakah membeli jeans ini mendukung gaya hidup dan budget saya?
  • Apakah investasi ini sesuai dengan profil risiko dan target tabungan jangka panjang?

Tips Praktis untuk Mengurangi Reference Bias

Untuk meminimalkan efek reference bias, kamu bisa mencoba beberapa langkah praktis berikut:

  • Buat daftar tujuan finansial dan prioritas sebelum belanja atau investasi. Dengan jelas mengetahui apa yang penting, kamu bisa menilai setiap keputusan berdasarkan kebutuhan, bukan hanya perbandingan dengan informasi awal.
  • Gunakan catatan pengeluaran dan aplikasi manajemen keuangan untuk memantau pengeluaran, hutang, dan anggaran. Tools ini membantu kamu melihat gambaran keuangan secara objektif dan mengurangi pengaruh anchor yang menyesatkan.
  • Hindari keputusan impulsif. Beri waktu untuk mengevaluasi informasi baru sebelum membeli atau berinvestasi. Memberi jeda membuat kamu lebih rasional dan tidak mudah terpengaruh anchor awal.
  • Pertimbangkan pendapat ahli atau review terpercaya sebelum membeli produk atau berinvestasi. Sumber informasi tambahan dapat memberikan perspektif objektif dan membantu menyeimbangkan pengaruh anchor.

Selain itu, untuk keputusan finansial yang lebih cerdas, kamu bisa memanfaatkan layanan digital seperti Skorlife. Dengan fitur seperti SkorPintar, Cek Riwayat Kredit, dan Manajemen Keuangan, kamu bisa memantau kartu kredit, menilai peluang pengajuan kredit, dan mengatur budget dengan lebih efektif. Ini membantu kamu membuat keputusan finansial lebih objektif dan minim bias.

Baca juga: Galbay (Gagal Bayar) Pinjol? Ini Risiko Hukumnya

Kesimpulan

Reference bias atau anchoring bias sering muncul tanpa kita sadari, dari belanja harian hingga investasi. Dampaknya bisa membuat keputusan keuangan kurang optimal, overbudget, atau kehilangan peluang finansial.

Kuncinya: bersikap kritis terhadap informasi awal, evaluasi berbagai alternatif, fokus pada tujuan finansial, dan gunakan alat bantu digital seperti Skorlife. Dengan langkah-langkah ini, keputusan keuangan menjadi lebih rasional, objektif, dan mendukung tujuan jangka panjang.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments