Mengenal Apa Itu Reflasi dan Mengapa Kita Harus Waspada?
Istilah inflasi dan resesi mungkin terasa tidak begitu asing di telinga. Namun reflasi mungkin terdengar kurang familiar. Belakangan gencar pemberitaan terkait ancaman reflasi.
Sama halnya seperti resesi dan inflasi, reflasi memiliki dampaknya tersendiri bagi perekonomian. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai reflasi yang perlu kamu tahu.
Pengertian Reflasi
Dikutip dari Kata Data, istilah reflasi merupakan gabungan dari inflasi dan resesi. Reflasi dapat terjadi ketika resesi dan inflasi berada di tingkat yang tinggi.
Resesi sendiri merupakan kondisi ketika terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi selama, setidaknya, dua periode berturut-turut. Sedangkan inflasi adalah kondisi dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus.
Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) reflasi diartikan sebagai usaha untuk mengembalikan nilai uang kepada nilai sebelum inflasi.
Sementara menurut Business Insider, reflasi adalah periode pemulihan ekonomi yang biasanya dihasilkan dari kombinasi kebijakan fiskal dan moneter.
Kebijakan tersebut dibuat untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi perekonomian, termasuk mengurangi jumlah pengangguran akibat terjadinya pelambatan ekonomi.
Dampak Reflasi
Mengingat reflasi adalah kondisi ketika terjadi pertumbuhan ekonomi negatif dibarengi tingkat inflasi yang tinggi. Tertahannya daya beli masyarakat adalah salah satu dampak terjadinya reflasi.
Umumnya ketika resesi terjadi maka suku bunga akan diturunkan oleh bank sentral demi memberikan stimulus agar memacu perekonomian. Sementara ketika inflasi terjadi, bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan. Suku bunga yang tinggi dapat menurunkan inflasi.
Masalahnya adalah ketika reflasi, keduanya (resesi dan inflasi) terjadi bersamaan, penanggulangan masalah keduanya merupakan hal yang saling bertolak belakang. Maka untuk mengatasi reflasi diperlukan keseimbangan dalam kebijakan moneter dan fiskal agar inflasi turun namun tidak terjerumus resesi lebih jauh.
Adapun dampak reflasi yang bakal terasa nyata antara lain:
1. Investasi
Ketika perekonomian global goyah, maka dunia investasi di Indonesia pun akan ikut terpengaruh terutama dari sisi investor asing yang jumlahnya mungkin menurun
2. Pengangguran
Iklim investasi yang lesu membuat sejumlah perusahaan pun berpikir ulang tentang strategi dan langkah mereka. Penghematan besar-besaran pun perlu dilakukan demi mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan. Salah satu opsi yang menjadi pilihan adalah merampingkan organisasi. Akibatnya sejumlah orang pun manjadi korban PHK.
3. Kemiskinan
Kemiskinan dapat meningkat karena menurunnya daya beli masyarakat dan meroketnya harga barang. Terlebih jika jumlah PHK membludak.
Jika hal tersebut sampai terjadi di banyak sektor usaha, akibatnya situasi ekonomi bisa semakin memburuk. Untuk itulah diperlukan langkah sigap pemerintah untuk mengantisipasi ancaman reflasi sebelum terjadi.
Tanda-tanda Reflasi
Bagaimana kita bisa tahu bahwa reflasi sedang terjadi? Reflasi memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
- Terjadinya pelambatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi global dengan risiko resesi di sejumlah negara.
- Resesi di suatu negara (terutama negara besar) akan berpengaruh pada negara lain yang terkait secara ekonomi.
- Tingginya Inflasi dunia.
- Suku bunga tinggi yang berlangsung terlalu lama
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Reflasi?
Reflasi didorong oleh beragam faktor ekonomi yang terjadi secara global. Kita bergantung pada kebijakan keuangan negara atau pemerintah untuk mengatasinya.
Namun, sebagai warga negara yang bisa dilakukan adalah selalu bersiap untuk kondisi ekonomi yang tidak ideal.
Kondisi ekonomi yang fluktuatif dan dinamis dengan perubahan yang cepat menuntut kita untuk selalu melakukan tindakan preventif.
Menyiapkan dana darurat adalah langkah yang perlu diambil. Bagaimanapun ketika gejolak ekonomi menghantam, misalnya tiba-tiba menjadi korban PHK, penghasilan rutin terhenti mendadak, dana darurat menjadi penolong untuk bertahan sebelum pekerjaan baru datang.
Perlu diingat dana darurat hendaknya berupa dana yang mudah dicairkan. Misalnya berupa uang tunai atau rekening tabungan di bank.
Bukan aset yang harus dijual dulu baru bisa dipergunakan seperti properti. Miliki dana darurat setidaknya sebesar 6x gaji yang kamu hasilkan tiap bulannya.
Mengapa? Karena waktu 6 bulan dianggap ideal untuk mencari pekerjaan baru. Namun dana darurat sebesar 1-2 tahun gaji akan lebih menentramkan untuk berjaga-jaga.
Selain itu bijaklah selalu dalam mengelola keuangan pribadi agar gaya hidup tidak membebani kondisi keuangan sehingga ketika masa paceklik tiba kita siap secara mental dan material.