Depresiasi: Jenis, Metode, dan Contoh dalam Akuntansi Sehari-Hari
Pernah beli mobil, gadget, atau peralatan rumah tangga mahal, lalu menyadari nilainya menurun drastis hanya dalam beberapa tahun? Nah, penurunan nilai seperti ini disebut depresiasi. Bukan cuma soal harga barang bekas, depresiasi adalah konsep penting dalam keuangan, baik untuk bisnis maupun pengelolaan aset pribadi.
Meski terdengar seperti istilah akuntansi yang kaku, memahami depresiasi bisa bantu kamu mengambil keputusan finansial yang lebih bijak. Dari tahu kapan waktu ideal menjual aset, hingga menyusun anggaran penggantian barang jangka panjang, semua bisa lebih terukur kalau kamu paham cara nilai aset berubah seiring waktu.
Baca juga: Deflasi: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Ekonomi
Apa Itu Depresiasi? Simpel Tapi Penting
Secara sederhana, depresiasi adalah penurunan nilai suatu aset tetap karena waktu, pemakaian, atau kondisi pasar. Aset tetap di sini bisa berupa kendaraan, mesin produksi, komputer, hingga properti yang digunakan dalam bisnis maupun kehidupan pribadi.
Menurut Cambridge Dictionary, “Depresiasi adalah pengurangan nilai suatu aset dari waktu ke waktu” terutama karena keausan atau penurunan fungsi. Jadi, walaupun kamu membeli barang dengan harga penuh, nilainya tak akan bertahan selamanya, dan ini penting untuk dicatat dalam perencanaan keuangan.
Kenapa ini penting? Karena depresiasi berpengaruh langsung terhadap nilai kekayaan bersih, laporan keuangan, bahkan beban pajak. Tanpa memperhitungkan depresiasi, kamu bisa salah menilai kondisi keuangan, baik saat ingin menjual aset, mengambil pinjaman, atau mengatur budget jangka panjang.
Intinya, paham depresiasi artinya kamu paham nilai sebenarnya dari asetmu, bukan hanya angka di kwitansi pembelian.

Kenapa Depresiasi Harus Diperhitungkan?
Berikut alasan kenapa kamu nggak bisa mengabaikan depresiasi:
- Nilai aset nyata ≠ harga beli
Misalnya kamu punya laptop seharga Rp15 juta, tapi setelah 3 tahun nilainya tinggal Rp5 juta. Kalau kamu jual atau ganti, nilai aktual itulah yang penting.
- Perencanaan keuangan jangka panjang
Paham depresiasi artinya kamu siap merencanakan pengeluaran besar di masa depan, misalnya ganti kendaraan atau mesin usaha.
- Pajak dan laporan keuangan bisnis
Buat pelaku usaha, depresiasi bisa mengurangi beban pajak karena nilai aset yang menurun bisa dicatat sebagai biaya.
Baca juga: Mengenal Hedging, Strategi Lindung Nilai dalam Dunia Keuangan
Jenis-Jenis Depresiasi: Mana yang Paling Relevan Buat Kamu?
Setiap aset mengalami penurunan nilai dengan cara yang berbeda. Ada yang turun perlahan, ada juga yang langsung jatuh drastis di awal pemakaian. Karena itu, cara menghitung depresiasi pun nggak bisa disamaratakan.
Berikut beberapa jenis depresiasi yang umum digunakan, baik di bisnis, maupun bisa diterapkan dalam perencanaan keuangan pribadi:
1. Depresiasi Garis Lurus (Straight Line Depreciation)
Metode ini paling sederhana dan banyak digunakan karena mudah dipahami. Nilai aset berkurang dengan jumlah yang sama setiap tahun. Misalnya kamu beli kamera seharga Rp12 juta dengan umur pakai 4 tahun, maka depresiasinya Rp3 juta per tahun.
Cocok untuk: Barang yang penggunaannya stabil dan nilai pakainya merata setiap tahun, seperti peralatan kantor, furnitur, atau komputer.
2. Depresiasi Saldo Menurun (Declining Balance)
Dengan metode ini, nilai aset berkurang lebih besar di awal, lalu makin kecil tiap tahun. Contohnya, mobil baru biasanya turun harga 15–20% hanya di tahun pertama, lalu turun lebih pelan di tahun berikutnya.
Cocok untuk: Aset yang cepat mengalami penurunan nilai, misalnya kendaraan, peralatan elektronik, atau alat berat.
3. Depresiasi Berdasarkan Penggunaan (Units of Production)
Nilai aset dihitung berdasarkan seberapa sering atau seberapa banyak dipakai. Semakin sering digunakan, semakin besar depresiasinya. Misalnya mesin pabrik akan ‘habis’ masa pakainya lebih cepat kalau dipakai setiap hari dibanding seminggu sekali.
Cocok untuk: Mesin produksi, kendaraan logistik, atau alat yang sangat tergantung pada intensitas pemakaian.
4. Depresiasi Akselerasi (Double Declining Balance)
Ini versi lebih agresif dari saldo menurun, di mana nilai aset menyusut sangat cepat di awal, lalu melambat di tahun-tahun berikutnya. Biasanya dipakai untuk teknologi atau barang yang cepat ketinggalan zaman.
Cocok untuk: Gadget, alat teknologi, atau kendaraan operasional dalam industri yang cepat berubah.
Catatan: Kamu nggak perlu menghafal semua rumusnya. Yang penting, pahami bahwa depresiasi bisa dihitung dengan berbagai cara, tergantung kebutuhan dan jenis asetnya. Tujuannya sama: bantu kamu menilai aset secara realistis dan membuat rencana keuangan yang masuk akal.

Contoh Depresiasi dalam Kehidupan Nyata
Agar makin relatable, yuk lihat contoh depresiasi di sekitar kita:
- Kendaraan
Kamu beli mobil Rp300 juta. Tahun pertama nilainya bisa turun jadi Rp250 juta. Setelah 5 tahun? Mungkin tinggal Rp150 juta atau kurang, tergantung kondisi dan pasar. - Peralatan kantor
Printer kantor seharga Rp5 juta yang digunakan setiap hari akan ‘habis’ daya gunanya dalam 3 – 5 tahun. - Properti
Meski tanah cenderung naik nilai, bangunan bisa alami depresiasi. Misalnya, rumah tua butuh renovasi karena nilai bangunan menurun.
Paham depresiasi artinya kamu tahu kapan waktu tepat menjual, mengganti, atau mempertahankan aset. Ini penting banget buat perencanaan keuangan jangka panjang.
Baca juga: Anuitas: Pengertian, Jenis, Rumus, dan Contoh Perhitungannya
Depresiasi & Skor Keuangan: Apa Kaitannya?
Ketika nilai aset menurun, daya tawar kamu dalam mengajukan pinjaman juga bisa menurun. Misalnya, kendaraan yang awalnya menjadi jaminan bisa jadi tidak cukup kuat karena depresiasi.
Skorlife dapat membantu memantau dampak depresiasi pada keuangan kamu:
- Cek Riwayat Kredit: Lihat kondisi pinjaman aktif dan posisi keuangan saat ini.
- Peluang Pengajuan Kredit: Hitung potensi disetujui sebelum mengajukan pinjaman untuk penggantian aset.
- SkorPintar: Kelola tagihan dan arus kas agar tetap stabil, terutama jika aset produktif mulai menurun nilainya.
Tips Bijak Menghadapi Depresiasi
✅Rencanakan penggantian aset sejak awal: Punya kendaraan atau alat kerja? Hitung umur manfaatnya dan siapkan dana cadangan.
❌ Jangan overvalue aset: Saat hitung kekayaan bersih, selalu pakai nilai pasar terkini, bukan harga beli.
✅Pertimbangkan depresiasi saat ajukan kredit: Aset yang menurun nilai bisa berpengaruh ke plafon kredit yang disetujui.
Kesimpulan
Depresiasi itu bukan musuh, tapi realita dalam dunia keuangan. Dengan memahami cara kerja depresiasi, kamu bisa atur aset dan anggaran dengan lebih cermat, serta terhindar dari kejutan finansial di masa depan.
Dan kalau kamu butuh bantuan kelola keuangan secara menyeluruh, dari pemantauan cicilan, skor kredit, hingga peluang pengajuan kredit, Skorlife siap jadi partner kamu dalam perjalanan finansial yang sehat dan terencana.