Debt to Equity Ratio: Definisi, Rumus & Cara Menghitung
Apa itu debt to equity ratio? Panduan rumus debt to equity ratio, cara hitung, contoh interpretasi, dan standar debt to equity ratio yang baik.
Kalau kamu lagi menilai kesehatan keuangan perusahaan, baik untuk investasi, mengajukan pinjaman, atau sekadar mengukur kondisi bisnis sendiri, ada satu rasio yang nggak boleh kamu lewatkan, yakni debt to equity ratio.
Banyak orang menganggap rasio ini rumit, padahal sebenarnya konsepnya cukup sederhana dan sangat berguna untuk pengambilan keputusan finansial. Yuk, pahami lebih lanjut apa itu debt to equity ratio, bagaimana cara hitungnya, contoh penggunaan, standar industri, serta bagaimana kamu bisa menjaga rasio utang tetap sehat.
Baca juga: DBR: Cara Menghitung Rasio Utang dan Pentingnya dalam Pengajuan Kredit
Apa Itu Debt to Equity Ratio?
Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Dengan kata lain: perusahaan ini “lebih banyak jalan pakai modal sendiri atau modal orang lain?”
- Debt (utang) = kewajiban yang harus dibayar.
- Equity (ekuitas) = modal dari pemilik.
Jika utang jauh lebih besar dari ekuitas, artinya perusahaan mengandalkan leverage tinggi. Ini tidak selalu buruk, tapi risikonya meningkat saat kondisi ekonomi melemah atau cash flow terganggu.
Jika belum terbiasa dengan analisis keuangan, berikut contoh kasus penghitungan Debt to Equity ratio:
“Kalau kamu buka kedai kopi dengan modal sendiri Rp50 juta, lalu ambil pinjaman Rp100 juta, maka Debt to Equity Ratio atau DER-mu adalah 2. Artinya, usaha kamu lebih ditopang utang daripada modal pribadi.”

Kenapa Debt to Equity Ratio Sangat Penting?
Karena DER memberikan gambaran cepat tentang tingkat risiko perusahaan. Investor, bank, analis, sampai pemilik UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) memakai rasio ini karena dapat:
- Mengukur kemampuan perusahaan bertahan saat pendapatan turun.
- Menilai apakah struktur modal terlalu agresif.
- Mengetahui kapasitas perusahaan mengambil utang tambahan.
- Menjadi indikator awal apakah perusahaan dikelola dengan sehat.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM, lebih dari 60% pelaku UMKM masih mengandalkan utang bank atau pinjaman modal kerja sebagai sumber pendanaan. Artinya, memahami leverage itu penting, baik untuk ekspansi maupun menghindari over-leverage.
Baca juga: Apa itu P2P Lending? Pengertian, Manfaat dan Cara Kerjanya
Rumus Debt to Equity Ratio (DER)
Untuk menghitungnya, kamu cukup pakai rumus debt to equity ratio berikut:
DER = Total Utang / Total Ekuitas
Ini rumus universal yang dipakai di seluruh dunia.
Contoh cepat:
- Total utang: Rp600 juta
- Total ekuitas: Rp300 juta
DER = 600 / 300 = 2
Hasilnya menunjukkan bahwa utang perusahaan dua kali lebih besar daripada modal pemilik. Kalau kamu mau analisis lebih dalam, kamu bisa bedakan DER berdasarkan jenis utang:
- Utang jangka pendek
- Utang jangka panjang
- Total liabilitas
Tapi untuk analisis dasar, cukup pakai total utang.

Cara Menghitung Debt to Equity Ratio
Biar makin mudah, berikut langkah lengkapnya:
- Dapatkan data utang
Ambil dari neraca, bagian liabilitas. Hitung total utang (current + non-current liabilities).
- Ambil angka ekuitas
Masih dari neraca, di bagian ekuitas pemilik (owner’s equity / shareholders’ equity).
- Masukkan ke rumus debt to equity ratio
- Analisis hasilnya
Di sini kamu perlu interpretasi, bukan sekadar lihat angka.
Kalau kamu pemilik UMKM tanpa laporan formal, kamu tetap bisa hitung:
-
- Modal awal + laba ditahan = ekuitas
- Utang usaha, pinjaman bank, atau pinjaman modal kerja = utang.
Dengan data sederhana itu saja, kamu sudah bisa menilai kondisi leverage bisnismu.
Baca juga: Riwayat Kredit Bermasalah atau Data Tidak Sesuai, Apa yang Harus Dilakukan?
Debt to Equity Ratio yang Baik Itu Berapa?
Salah satu pertanyaan paling sering ditanya terkait DER adalah berapa debt to equity ratio yang baik? Jawabannya: tergantung industri. Tapi secara umum, beberapa benchmark bisa kamu pakai:
Standar Umum
- DER < 1 → Sangat sehat, leverage rendah.
- DER 1–2 → Masih wajar untuk sebagian besar industri.
- DER > 2 → Mulai tinggi, risiko meningkat.
Per industri
Beberapa industri punya DER berbeda:
- Perbankan & keuangan → DER tinggi wajar.
- Manufaktur & konstruksi → DER sedikit lebih tinggi karena modal besar.
- Jasa & teknologi → Biasanya DER rendah.
Menurut fokus analisis keuangan global seperti Investopedia dan standar IFRS, DER ideal untuk banyak bisnis berada pada angka <1.5, tapi sekali lagi, konteks industri tetap penting.
Jadi ketika kamu menilai debt to equity ratio yang baik, jangan hanya melihat angka absolut, lihat juga jenis bisnisnya.

Contoh Interpretasi DER yang Lebih Dalam
- DER = 0,5
Artinya perusahaan lebih banyak dibiayai modal sendiri daripada utang. Sangat sehat dan konservatif. - DER = 1
Utang sama besar dengan ekuitas. Masih aman, tergantung arus kas. - DER = 2-3
Mulai agresif. Perusahaan menanggung utang besar dan perlu performa stabil agar tidak kewalahan. - DER > 3
Cenderung berisiko tinggi. Dalam kondisi ekonomi tidak stabil, perusahaan dengan DER besar rentan mengalami stres finansial.
Interpretasi seperti ini biasa dipakai analis kredit ataupun investor sebelum mengambil keputusan.
Baca juga: 7 Cara Membangun Skor Kredit Agar Mudah Ajukan Pinjaman
Hubungan Debt to Equity Ratio & Pengajuan Kredit
Saat kamu mengajukan kredit, khususnya untuk keperluan modal usaha, bank akan melihat rasio utangmu, termasuk rasio utang pribadi untuk pinjaman keperluan pribadi seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah) atau kredit kendaraan. Jika rasio utangmu tinggi, peluang disetujui bisa menurun.
Di sini kamu bisa mengoptimalkan peluangmu dengan bantuan aplikasi Skorlife:
✔ Cek Riwayat Kredit & Skor Kredit
Pastikan tidak ada tunggakan dan pembayaranmu tercatat rapi.
✔ Lihat Peluang Pengajuan Kredit Disetujui
Skorlife membantu membaca seberapa besar kemungkinan pengajuanmu diterima.
✔ Manajemen Keuangan & Rekomendasi Pembayaran
Jika ada tunggakan, Skorlife membantumu memprioritaskan mana yang harus diselesaikan dulu agar rasio utangmu tidak melonjak.
Dengan profil skor kredit yang sehat, kamu bisa lebih percaya diri saat mengajukan pinjaman.
Tips Cara Menjaga DER Tetap Sehat
Kalau kamu ingin debt to equity ratio tetap stabil dan sehat, lakukan ini:
- Kurangi utang konsumtif
Fokus pada utang produktif yang menambah aset atau pendapatan. - Tambah modal bila memungkinkan
Modal tambahan bisa menurunkan DER secara signifikan. - Lunasi utang berbunga tinggi lebih dulu
Ini membantu memperbaiki cash flow serta menurunkan tekanan keuangan. - Pantau laporan keuangan rutin
Jangan tunggu sampai kondisi mepet untuk mengecek rasio. - Gunakan tools seperti Skorlife
Agar kamu bisa memantau kondisi kredit dan rekomendasi pembayaran secara otomatis.
Baca juga: Kartu Kredit Membantu Membangun Skor Kredit? Ini Faktanya
Kesimpulan
Memahami debt to equity ratio bukan hanya penting untuk analis atau investor, tapi juga untuk kamu yang ingin mengelola bisnis, menjaga kesehatan finansial, atau bersiap mengajukan kredit. Dengan mengetahui struktur utang serta modal, kamu bisa membuat keputusan lebih tenang serta lebih strategis.
Mulailah dengan memahami angkanya, lalu pantau terus kondisimu, dan kalau ingin lebih percaya diri, kamu selalu bisa mengandalkan aplikasi Skorlife untuk membantumu melihat kondisi kreditmu secara lebih jelas sekaligus terarah.
FAQ Seputar Debt to Equity Ratio
- Apa fungsi utama debt to equity ratio?
Fungsinya adalah untuk melihat keseimbangan antara utang dan modal perusahaan. Rasio ini membantu kamu menilai apakah struktur pendanaan perusahaan sudah sehat atau justru terlalu berat di utang. Investor dan pihak bank biasanya menjadikan DER sebagai indikator awal sebelum masuk ke analisis lebih mendalam.
- Apakah DER tinggi selalu buruk?
Tidak selalu. Di beberapa industri, misalnya konstruksi atau manufaktur, DER yang sedikit lebih tinggi wajar karena mereka butuh modal besar untuk operasional. Yang penting adalah konsistensi cash flow serta kemampuan bayar utangnya. DER tinggi baru dianggap berisiko kalau pasangannya tidak didukung stabilitas arus kas.
- Bagaimana cara menurunkan DER?
Kamu bisa menambah modal (baik dari pemilik maupun investor), meningkatkan profit sehingga ekuitas naik, atau mempercepat pelunasan utang, terutama utang berbunga tinggi. Ketiga langkah ini membantu membuat posisi keuangan jauh lebih seimbang, sehingga DER kamu pelan-pelan kembali ke level aman.
- Apa bedanya DER dengan debt ratio?
Keduanya memang mirip, tapi fokusnya berbeda. Debt ratio membandingkan total utang dengan total aset, sehingga memberikan gambaran seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Sedangkan, debt to equity ratio membandingkan utang dengan ekuitas pemilik. Jadi debt ratio lebih “makro”, sedangkan DER lebih fokus ke keseimbangan pendanaan.
- Apakah DER mempengaruhi peluang pengajuan kredit?
Iya, karena lembaga keuangan menilai apakah kamu atau bisnismu punya kapasitas untuk menambah beban utang baru. Jika DER atau profil utangmu tinggi, bank biasanya lebih berhati-hati. Sebelum mengajukan kredit, kamu bisa cek riwayat kredit dan membaca peluang persetujuan lewat Skorlife agar prosesnya lebih lancar.





