Apa itu Loss Aversion? Begini Cara Menghindarinya!
Kenali arti loss aversion, contoh, dan cara menghindarinya agar tak takut rugi berlebihan dalam mengambil keputusan finansial.
Setiap orang pasti pernah menghadapi dilema antara “main aman” atau “ambil risiko demi peluang lebih besar”. Menariknya, kebanyakan dari kita cenderung memilih opsi yang terasa paling aman, meski artinya harus melepas potensi keuntungan lebih tinggi. Hal ini dikenal juga sebagau loss aversion, kecenderungan alami manusia untuk lebih takut kehilangan daripada semangat mendapatkan.
Fenomena psikologis ini sudah lama menjadi perhatian para ahli keuangan dan perilaku, karena bisa memengaruhi banyak keputusan penting dalam hidup, dari cara kita berinvestasi, menabung, hingga berani atau tidaknya mengajukan kredit.
Baca juga: Mengenal Hedging, Strategi Lindung Nilai dalam Dunia Keuangan
Apa Itu Loss Aversion?
Secara sederhana, loss aversion adalah kecenderungan manusia untuk merasakan kerugian dua kali lebih kuat dibandingkan rasa senang karena mendapatkan keuntungan setara. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky melalui Prospect Theory, yang menjelaskan bagaimana manusia sering kali membuat keputusan secara emosional, bukan rasional.
Contohnya, seseorang mungkin lebih memilih menaruh uangnya di tabungan dengan bunga rendah daripada investasi reksa dana, hanya karena takut rugi. Padahal, kalau dilihat dari potensi pertumbuhan jangka panjang, keputusan itu justru bisa menghambat peningkatan kekayaan.
Fenomena ini nggak cuma berlaku di dunia investasi. Loss aversion bisa mempengaruhi banyak aspek hidup seperti:
- Menunda pindah kerja karena takut gagal di tempat baru,
- Enggan menjual aset yang nilainya turun, berharap akan “balik modal”,
- Atau bahkan menunda keputusan besar seperti membeli rumah atau kendaraan karena takut salah langkah.

Mengapa Loss Aversion Bisa Berbahaya?
Di satu sisi, rasa takut rugi itu alami dan kadang justru melindungi kita agar tidak sembrono. Tapi kalau berlebihan, loss aversion bisa jadi jebakan psikologis yang membuat kamu stagnan secara finansial.
Beberapa dampak nyata dari loss aversion antara lain:
1. Melewatkan peluang investasi yang menguntungkan
Karena terlalu fokus pada potensi rugi, kamu malah nggak berani ambil peluang dengan potensi return tinggi. Akibatnya, dana kamu “nganggur” serta nilainya tergerus inflasi.
2. Terlalu lama memegang aset yang merugi
Banyak investor terjebak karena enggan mengakui kerugian. Padahal, keputusan terbaik kadang adalah cut loss dan pindah ke instrumen lebih potensial.
3. Mengambil keputusan emosional
Saat harga turun, kamu panik. Saat naik, kamu euforia. Akibatnya, keputusan keuangan jadi tidak rasional, lebih banyak berdasarkan perasaan ketimbang strategi.
4. Sulit mencapai tujuan jangka panjang
Dengan terlalu defensif terhadap risiko, kamu bisa kehilangan momentum untuk tumbuh. Dalam jangka panjang, ini membuat pencapaian finansial kamu tertahan.
Baca juga: Pengertian Liabilities dan Jenis-Jenis Kewajiban dalam Keuangan
Cara Menghindari Loss Aversion dan Mengelola Risiko dengan Cerdas
Tenang, loss aversion bisa dikendalikan. Berikut beberapa langkah praktis untuk menghindari bias psikologis ini serta membuat keputusan keuangan secara lebih objektif.
1. Ubah Sudut Pandang: Fokus pada Potensi Keuntungan
Biasanya kita terlalu fokus pada risiko rugi, padahal hal lebih penting adalah melihat potensi hasil positifnya. Misalnya, daripada berpikir “nanti rugi kalau harga saham turun”, ubah jadi “kalau saham ini naik, return-nya bisa 10-12% per tahun”.
Dengan fokus pada peluang, otakmu jadi lebih terbuka untuk mengambil keputusan berdasarkan data, bukan rasa takut.
2. Buat Skenario “Terburuk” dan “Terbaik”
Coba pikirkan: kalau investasi ini gagal, seberapa parah dampaknya ke keuanganmu? Kalau berhasil, seberapa besar hasil yang didapat?
Dengan menyiapkan dua skenario, kamu akan punya perspektif lebih seimbang. Misalnya, kalau risikonya masih bisa ditanggung tanpa mengganggu kebutuhan pokok, berarti masih layak dicoba.
3. Diversifikasi Investasi
Prinsip klasik ini masih relevan. Dengan menyebar aset ke berbagai instrumen (tabungan, reksa dana, obligasi, saham, hingga emas), kamu bisa mengurangi risiko total tanpa kehilangan potensi imbal hasil.
Diversifikasi investasi bukan cuma strategi finansial, tapi juga alat bantu psikologis, karena kamu tahu kalau satu investasi turun, investasi lainnya bisa menopang.
4. Buat Aturan Main Sejak Awal
Sebelum terjun ke investasi apa pun, tetapkan batas kerugian (cut loss) dan target keuntungan (take profit). Dengan begitu, kamu bisa mengambil keputusan otomatis tanpa drama emosional.
Disiplin dengan aturan ini bisa membantumu berpikir objektif sekaligus melatih mental menghadapi fluktuasi pasar.
5. Tingkatkan Literasi dan Kesehatan Finansial
Semakin paham kamu terhadap cara kerja keuangan, semakin kecil kemungkinan kamu dikendalikan oleh emosi. Pelajari konsep dasar seperti inflasi, risiko investasi, serta strategi pengelolaan keuangan pribadi.
Dan kalau kamu mau tahu kondisi finansialmu saat ini, kamu bisa mulai dari hal paling sederhana: cek skor kredit dan riwayat kredit kamu di Skorlife.
Kelola Keuangan & Kurangi Risiko Rugi dengan Skorlife
Bias psikologis seperti loss aversion bisa diminimalkan kalau kamu punya kontrol penuh atas kondisi finansialmu. Nah, di sinilah Skorlife bisa bantu kamu.
- Cek Riwayat Kredit dengan Mudah
Ketahui apakah kamu punya riwayat pembayaran yang baik dan bagaimana status kreditmu saat ini. Ini penting supaya kamu tahu posisi finansialmu sebelum ambil keputusan besar. - Lihat Peluang Pengajuan Kredit
Skorlife bantu kamu memahami peluang disetujui saat mengajukan pinjaman seperti KPR, kredit mobil, atau kartu kredit, jadi kamu bisa lebih percaya diri dan strategis. - Atur Keuangan & Lunasi Tunggakan Lebih Efektif
Dapatkan rekomendasi prioritas pembayaran agar beban bunga tak menumpuk, sekaligus bantu bikin rencana keuangan lebih rapi.
Dengan kombinasi antara mindset yang rasional dan alat bantu finansial yang cerdas seperti Skorlife, kamu bisa membuat keputusan keuangan dengan lebih tenang, percaya diri, serta berbasis data, bukan ketakutan.
Baca juga: Cara Memperbaiki Skor Kredit yang Buruk Akibat Pinjol
Kesimpulan
Loss aversion adalah kecenderungan psikologis yang membuat kita lebih terpengaruh oleh rasa rugi daripada rasa senang saat untung. Jika dibiarkan, bias ini bisa menghambat langkah serta membuat banyak peluang finansial terlewat. Supaya tidak terjebak, ubahlah cara pandang terhadap risiko, lakukan diversifikasi investasi, serta tingkatkan literasi keuanganmu. Kamu juga bisa memanfaatkan Skorlife untuk memantau kesehatan kredit dan mengelola keuangan dengan lebih terarah.
Dengan memahami loss aversion, kamu akan lebih siap mengambil keputusan finansial secara rasional, tanpa takut rugi berlebihan.
FAQ seputar Loss Aversion
- Apa yang dimaksud dengan Loss Aversion?
Loss aversion adalah kecenderungan psikologis di mana seseorang merasa kerugian lebih menyakitkan dibandingkan kesenangan saat mendapatkan keuntungan yang sama besar. Bias ini sering mempengaruhi keputusan finansial, seperti menunda investasi atau terlalu cepat menjual aset.
- Apa sajakah contoh Loss Aversion?
Contohnya, seseorang memilih menyimpan uang di tabungan dengan bunga kecil karena takut rugi di pasar saham. Atau investor yang enggan menjual saham merugi karena berharap harganya akan naik lagi. Dalam kehidupan sehari-hari, ini juga bisa terlihat saat seseorang menolak promo menarik karena takut “buang-buang uang”.
- Apa itu Regret Aversion Bias?
Regret aversion bias adalah kecenderungan seseorang menghindari keputusan yang bisa membuatnya menyesal di kemudian hari. Bias ini mirip dengan loss aversion, tapi fokusnya lebih pada rasa menyesal setelah membuat pilihan, bukan semata pada rasa takut rugi. Akibatnya, orang jadi terlalu hati-hati dan kehilangan peluang yang sebenarnya menguntungkan.
- Bagaimana cara menghindari Loss Aversion?
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain mengubah cara pandang terhadap risiko, fokus pada potensi keuntungan, melakukan diversifikasi investasi, serta membuat aturan keuangan dengan jelas. Meningkatkan literasi finansial dan menggunakan alat bantu seperti Skorlife juga dapat membantu kamu membuat keputusan secara lebih objektif serta berbasis data.
- Mengapa penting memahami Loss Aversion dalam keuangan pribadi?
Karena memahami loss aversion membantu kamu mengenali kapan keputusan keuangan didorong oleh emosi, bukan logika. Dengan begitu, kamu bisa lebih tenang, rasional, dan strategis dalam berinvestasi, mengatur anggaran, hingga mengajukan kredit, langkah penting untuk membangun keuangan yang sehat serta berkelanjutan.





