Apa Itu ROE (Return on Equity)? Pengertian, Cara Hitung, Contoh, dan Cara Membacanya Secara Tepat
Pelajari apa itu ROE, cara hitung, contoh, dan cara membacanya untuk memilih perusahaan terbaik. Penjelasan simpel, detail, dan mudah dipahami.
Saat menilai sebuah perusahaan, banyak investor dan calon investor biasanya bertanya, “Seberapa pintar mereka memanfaatkan modal yang sudah dipercayakan?” Jawaban paling sederhananya sering terlihat di satu rasio penting: ROE. Rasio ini membantu kamu melihat bagaimana perusahaan mengubah modal pemegang saham menjadi keuntungan.
Sederhananya, ROE adalah cermin untuk menunjukkan apakah perusahaan benar-benar produktif atau hanya terlihat besar dari luar. Dan kabar baiknya, kamu nggak perlu latar belakang finansial untuk memahaminya. Dengan sedikit konteks dan pemahaman, kamu bisa menjadikan ROE sebagai alat cepat untuk menilai kualitas perusahaan sebelum mengambil keputusan finansial apa pun, mulai dari investasi hingga dalam menjalankan bisnis.
Baca juga: Apa itu Loan at Risk dan Bedanya dengan Non Performing Loan
Apa Itu ROE? (Return on Equity)
Return on Equity atau ROE adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar laba yang mampu dihasilkan perusahaan dari modal pemegang saham. Kalau dianalogikan, ROE adalah seperti nilai rapor perusahaan dalam memanfaatkan modal pemiliknya untuk mencetak keuntungan.
- Semakin tinggi ROE, biasanya semakin efisien perusahaan bekerja.
- Semakin stabil ROE, semakin terpercaya kualitas manajemennya.
Investor suka ROE karena rasio ini membantu mereka melihat apakah uang yang ditanamkan “bekerja keras” atau tidak.
Menurut data World Bank dan McKinsey, rata-rata ROE perusahaan global berada di kisaran 10-15%. Angka ini sering dijadikan patokan awal untuk menilai apakah sebuah perusahaan cukup produktif.

Kenapa ROE Penting?
1. Menunjukkan Efisiensi Perusahaan
Sederhananya, ROE adalah alat untuk menilai apakah perusahaan cukup pintar memutar modalnya. Kalau kamu menaruh uang di perusahaan melalui saham, ROE memberi gambaran apakah perusahaan menghasilkan nilai lebih dari modal yang disetor.
2. Memudahkan Membandingkan Perusahaan
Bayangkan kamu mau memilih antara dua emiten di sektor FMCG. Laporan keuangan keduanya panjang dan rumit. Dengan ROE, kamu bisa langsung “mengintip” siapa yang lebih efisien dalam memanfaatkan modal.
3. Mengukur Kualitas Manajemen
Perusahaan dengan ROE stabil dari tahun ke tahun biasanya punya struktur manajemen yang kuat dan strategi bisnis yang jelas. Sebaliknya, jika ROE naik-turun secara ekstrem bisa jadi tanda ketidakpastian.
4. Membantu Melihat Potensi Pertumbuhan
Perusahaan dengan ROE tinggi dan konsisten biasanya punya ruang bertumbuh lebih cepat, karena mereka mampu menghasilkan laba lebih besar tanpa perlu tambahan modal besar.
Baca juga: Apa itu Bridging Loan? Pengertian, Fungsi, dan Kapan Digunakan
Rumus ROE dan Cara Menghitungnya
Rumus dasar ROE sangat sederhana:
ROE = Laba Bersih / Total Ekuitas × 100%
Keterangan:
- Laba Bersih: keuntungan bersih setelah pajak
- Total Ekuitas: modal pemilik (aset – liabilitas)
Contoh Perhitungan ROE
Misalkan sebuah perusahaan memiliki:
- Laba bersih: Rp80 miliar
- Total ekuitas: Rp400 miliar
Maka:
ROE = (80 / 400) × 100% = 20%
Artinya, perusahaan mampu menghasilkan keuntungan 20% dari modal pemegang saham. Dalam konteks ini, ROE adalah jawaban cepat untuk pertanyaan: “Seberapa efisien perusahaan menggunakan uang investor?”

Cara Membaca ROE dengan Benar
ROE memang rasio yang powerful, tapi bukan berarti kamu cukup melihat angkanya saja. Ada beberapa konteks penting:
1. ROE Tinggi Belum Tentu Bagus
Jika ROE tinggi terjadi karena jumlah ekuitas mengecil (biasanya karena utang tinggi), maka ROE itu “semu”. Inilah kenapa ROE harus dibaca bersama rasio lain seperti DER (Debt to Equity Ratio).
2. ROE Rendah Belum Tentu Buruk
Beberapa sektor seperti utilitas atau telekomunikasi cenderung punya ROE rendah tapi stabil. Stabilitas inilah yang kadang justru dicari investor jangka panjang.
3. Perhatikan Konsistensi
ROE 25% sekali saja belum tentu hebat. Tapi ROE 15-20% selama 5 tahun berturut-turut? Itu tanda perusahaan punya fundamental kuat.
4. Bandingkan dengan Kompetitor
Jangan bandingkan ROE perusahaan bank dengan perusahaan pertambangan. Setiap sektor punya karakter profitabilitas yang berbeda.
Baca juga: Letter of Credit (L/C): Fungsi, Mekanisme, dan Contoh Penggunaan
ROE vs ROA vs ROI: Biar Nggak Salah Kaprah
Biar makin lengkap, berikut perbedaan ketiganya:
| Rasio | Fokus | Digunakan Untuk |
| ROE (Return on Equity) | Pengembalian dari modal pemegang saham | Lihat efisiensi modal |
| ROA (Return on Assets) | Pengembalian dari seluruh aset | Lihat efisiensi penggunaan aset |
| ROI (Return on Investment) | Pengembalian dari investasi tertentu | Evaluasi investasi proyek/produk |
Dalam evaluasi investasi saham, ROE adalah rasio yang paling sering dipakai untuk menilai apakah perusahaan “worth it” untuk dipertimbangkan.

Contoh ROE (Return of Equity)
Misal kamu mempertimbangkan dua perusahaan retail:
Perusahaan A
- ROE: 12%
- Stabil selama 5 tahun
- DER rendah
Kesimpulan: perusahaan efisien, berisiko rendah, cocok untuk investor moderat-konservatif.
Perusahaan B
- ROE: 28%
- Lonjakan tajam 2 tahun terakhir
- DER tinggi
Kesimpulan: bisa jadi growth, tapi risk lebih tinggi. Perlu dicek apakah ROE tinggi karena utang.
Di situasi ini, ROE adalah titik awal untuk analisis lebih dalam, bukan satu-satunya penentu.
Baca juga: Biaya Overhead: Komponen, Contoh, dan Cara Menghitungnya
Tips & Cara Menggunakan ROE untuk Keputusan Investasi
- Cek ROE Minimal 3-5 Tahun
Tren jangka panjang jauh lebih penting daripada angka satu tahun. - Bandingkan dengan Perusahaan Satu Industri
Ini membantu kamu menilai apakah ROE perusahaan cukup kompetitif. - Baca Bersama Rasio Lain
Margin profit, ROA, DER, dan pertumbuhan laba memperkaya gambaran kondisi perusahaan. - Sesuaikan dengan Profil Risiko Kamu
ROE tinggi dengan leverage besar cocok untuk investor agresif. ROE stabil cocok untuk investor defensif.
Dalam konteks pengambilan keputusan keuangan pribadi, ROE adalah alat bantu yang bisa membuat kamu lebih terarah dalam memilih perusahaan yang solid.
Persiapkan Kondisi Keuanganmu Sebelum Investasi dengan Skorlife
Sebelum kamu memilih perusahaan berdasarkan ROE, pastikan kondisi keuangan pribadimu juga sehat. Di sinilah Skorlife bisa bantu kamu lebih percaya diri:
✔ Cek Riwayat Kredit
Pastikan skor kredit kamu terpantau baik, ini penting kalau kamu punya tujuan finansial seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kredit kendaraan, atau pinjaman modal untuk investasi.
✔ Cek Peluang Pengajuan Kredit Disetujui
Dengan fitur prediksi persetujuan kredit, kamu bisa tahu peluangmu lebih dulu sebelum mengajukan pinjaman. Menghemat waktu, energi, dan meminimalkan penolakan.
✔ Manajemen Keuangan yang Lebih Terkontrol
Skorlife bantu kamu menyusun rekomendasi pembayaran tunggakan, budgeting harian hingga bulanan, supaya cash flow tetap sehat. Dengan pondasi finansial yang kuat, keputusan investasi berbasis ROE jadi lebih aman.
Kalau keuanganmu tertata, analisis seperti ROE akan jauh lebih relevan dan impactful untuk masa depanmu.
Baca juga: Mengenal Apa itu Kartu Kredit Black Card
FAQ seputar ROE (Return on Equity)
1. Apa itu ROE dalam laporan keuangan?
ROE adalah rasio pengembalian modal pemegang saham, digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan menghasilkan laba.
2. ROE yang baik itu berapa?
Umumnya 10-20%, tapi patokannya harus disesuaikan dengan sektor industrinya.
3. Mengapa ROE bisa terlalu tinggi?
Bisa karena utang besar, buyback saham, atau ekuitas yang menurun. Makanya ROE harus dibaca dalam konteks.
4. Apa bedanya ROE dan ROA?
ROA mengukur efisiensi dari total aset, ROE mengukur efisiensi dari modal pemegang saham.
5. Apakah ROE cocok untuk pemula?
Sangat cocok. ROE adalah salah satu cara paling mudah untuk memahami kualitas perusahaan tanpa analisis rumit.





