Ribut-ribut Inflasi, Apa Sih Perbedaan Inflasi dengan Deflasi?

Hampir setiap tahun kita selalu mendengar ribut-ribut seputar inflasi. Kenaikan gaji yang tak mengejar inflasi, persiapan dana pendidikan anak yang harus memperhitungkan inflasi, dan sejumlah keluhan lain tentang dampak inflasi pada perekonomian negara hingga pada warga negara secara individu. Tetapi apa sih yang dimaksud dengan inflasi? Apakah lawan inflasi yakni deflasi memiliki pengaruh yang lebih baik? Seberapa besar efeknya terhadap kehidupan dan keuangan pribadi kita? Simak selengkapnya!


Apa Itu Inflasi?

Dilansir dari laman Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Namun tidak semua kenaikan harga bisa otomatis disebut inflasi. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

BPS menghitung inflasi dengan memperhitungkan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK ini menghitung rata-rata perubahan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

IHK sendiri dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran yaitu:

  • Bahan Makanan.
  • Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau.
  • Perumahan.
  • Sandang.
  • Kesehatan.
  • Pendidikan dan Olahraga.
  • Transportasi dan Komunikasi.

Penyebab Inflasi

Ada beragam faktor yang dapat mendorong terjadinya inflasi. Mulai tingginya permintaan akan sejumlah barang hingga jumlah uang beredar. Berikut di antaranya, sejumlah faktor yang dapat mendorong terjadinya inflasi.

Tingginya Permintaan

Stok barang atau jasa yang sedikit tidak sebanding dengan tingginya kebutuhan/ permintaan akan barang atau jasa tersebut. Keadaan yang tidak seimbang ini menyebabkan harga barang atau jasa yang dimaksud pun cenderung akan naik.

Biaya Produksi Meningkat

Biaya produksi barang atau jasa yang naik dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus juga dapat mendorong kenaikan harga. Biaya produksi yang dimaksud dapat berupa harga bahan baku yang naik ataupun meningkatnya upah pegawai. Meningkatnya biaya produksi mendorong produsen untuk menaikan harga demi keuntungan dan kelangsungan produksi dalam jangka panjang.

Kekacauan Ekonomi dan Politik

Kondisi negara yang rawan konflik dan tidak aman membuat harga barang cenderung meningkat. Di sinilah mengapa kestabilan politik dan ekonomi suatu negara menjadi saling memengaruhi satu sama lain,

Jumlah Uang Beredar

Jika jumlah barang yang tersedia tidak berubah, namun jumlah uang yang beredar lebih banyak, maka harga akan menjadi mahal. Saat daya beli masyarakat meningkat sementara stok barang sedikit dan bila ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi kenaikan harga.


Dampak Inflasi

Dampak inflasi terutama bisa dirasakan oleh mereka yang berpendapatan menengah ke bawah. Kenaikan harga yang tidak didukung oleh kemampuan daya beli bisa mengakibatkan efek yang berkepanjangan. Standar hidup dapat menurun dan masyarakat miskin bisa semakin miskin.

Inflasi juga dapat mengganggu aktivitas konsumsi, produksi, dan investasi masyarakat sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi. Apalagi jika muncul efek spekulasi seperti aktivitas menimbun barang hingga membeli valuta asing.

Namun dampak inflasi tidak selalu negatif. Inflasi yang terkendali dapat menggerakkan kegiatan perekonomian warga. Saat permintaan barang dan jasa naik, para pengusaha terdorong untuk memperluas produksi hingga membuka lapangan kerja baru.


Jenis-jenis Inflasi

Ada beragam jenis inflasi, yang masing-masing tingkatannya juga memiliki dampak yang berbeda. Berdasarkan tingkatannya inflasi terbagi menjadi:

Inflasi ringan

Pada tingkatan ini, harga-harga hanya mengalami kenaikan secara umum. Inflasi ringan ini tidak terlalu berpengaruh dan bisa dibilang tidak mengganggu kondisi perekonomian. Tingkat kenaikan harga pada inflasi ringan adalah di bawah 10 persen per tahun.

Inflasi sedang

Kisaran kenaikan harga pada tingkatan inflasi sedang berada di angka 10 hingga 30 persen per tahun.
Dampaknya dapat dirasakan masyarakat. Tingkat kesejahteraan mereka yang memiliki penghasilan tetap dapat menurun.

Inflasi berat

Pada kondisi ini bunga bank bisa jauh lebih kecil dari laju inflasi. Masyarakat terdorong untuk enggan menabung. Kenaikan harga di tingkatan inflasi ini berkisar antara 30 hingga 100 persen per tahun. Dengan kenaikan yang tinggi ini, perekonomian bisa kacau.

Inflasi sangat berat

Pada tingkatan ini kondisi sudah sulit dikendalikan dan sangat berbahaya karena kenaikan harga sudah di atas 100% per tahun.


Mengenal Deflasi

Selain inflasi kita juga sering mendengar istilah deflasi. Dilansir dari laman BI deflasi simpelnya adalah kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus. Sementara dari OJK Pedia, deflasi bisa diartikan keadaan yang menunjukkan daya beli uang meningkat dalam masa tertentu karena jumlah uang yang beredar relatif lebih kecil daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia.

Sekilas kita mungkin akan beranggapan kondisi ini menguntungkan karena harga-harga jadi lebih terjangkau. Namun ternyata deflasi juga memiliki sisi negatif.


Dampak Deflasi

Jika penurunan harga berlangsung secara drastis dan terus menerus, produsen dapat mengalami kerugian karena keuntungan hasil penjualan tidak sanggup menutup biaya produksi. Ketika beban produksi semakin tinggi, produsen akan berusaha untuk memangkas ongkos produksi demi kelangsungan usaha. Tidak jarang hal ini berujung pada tingginya potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) demi menghemat ongkos produksi.

Kegiatan perekonomian bisa menurun, investor enggan menaruh modal karena kegiatan jual beli yang melesu.


Penyebab Deflasi

Penyebab deflasi bisa beragam. Salah satunya adalah terlalu banyak barang sejenis yang diproduksi dalam waktu bersamaan. Semakin banyak pasokan barang di pasar, harga pun akan semakin murah. Pendorong lain terjadinya deflasi adalah penurunan permintaan di pasar. Saat kondisi perekonomian menurun, masyarakat cenderung berhemat. Saat permintaan menurun, sementara barang atau jasa membludak di pasaran, harga pun akan cenderung turun.

Kebijakan bank sentral juga bisa menjadi pemicu terjadinya deflasi. Misalnya ketika ada kebijakan tentang suku bunga yang mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Ketika banyak yang memilih untuk menyimpan uang di bank, kegiatan belanja masyarakat menurun, permintaan barang dan jasa pun ikut menurun, uang yang beredar di masyarakat pun semakin sedikit sehingga memicu deflasi.

Dinamika perekonomian membuat baik inflasi maupun deflasi bisa terjadi di semua negara, tak hanya negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju. Kondisi ini memang sulit dihindari, pengambil kebijakan hanya bisa melakukan upaya-upaya sebatas mengurangi dan mengendalikan nilainya.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments